Bismillahirrahmanirrahim
Ingat,
saat Ramadan baru tercium dari wanginya saja? Atau baru terlihat dari laku
orang-orang shalih yang benar-benar mendambakannya? Atau baru terbaca dari
status dan tulisan orang-orang yang mempersiapkan diri menyambutnya? Ya, untuk
menyambut kedatangannya, Ramadan.
Masihkah
terasa, saat jiwa-jiwa menjadi bersemangat membaca Al-Quran, menyelami seluk
beluk surat-Nya, menjumpai kehebatan kalam-Nya, bertakbir atas keagungan-Nya.
Allah banyak menganugerahi kita hidayah di Ramadan ini, mengingatkan apa yang
dahulu pernah terlupa, mengajarkan apa yang dahulu belum pernah diketahui, Ramadan
ini mendewasakan kita kawan, dan semoga untuk selamanya. Masihkah ingat juga,
saat otak kita merasa ingin terus diisi dengan hal-hal yang bermanfaat,
bekerja, membaca buku-buku, menulis, ingin rumah, kamar, dapur, selau rapi….
Ya, seolah semangat ini berlipat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Dan masihkah
dapat kita rasakan, saat diri kita begitu menantikan panggilan-Nya, untuk
segera melangkah ke rumah-Nya, bersujud, merendahkan diri serendah-rendahnya di
hadapan-Nya, sambil sesekali bersikeras memaksa diri sendiri untuk menyadari,
bahwa kamu, bukan apa-apanya, dan Allah adalah segalanya. Maka atas dasar
apakah kecongkakan diri ini terus dijaga? Nastaghfiruka, Yaa Rabb. Memanjangkan
sujud, berdo'a sepenuh hati, demi kelancaran dalam belajar, kesuksesan dalam
ujian, kemudahan untuk pergi ke tanah suci, kesempatan untuk pulang ke tanah
air, dan sebenarnya ada harapan yang begitu berat terselip di sana, saat ingin
Ayah dan Ibu terus ada menemani untuk menyaksikan kesuksesan diri nanti, Allahua'lam
semoga sukses dunia dan akhirat.
tak akan pernah terlupa, Ramadan dengan segenap keberkahan di dalamnya,
menguatkan ukhuwah yang sudah lama terjalin, dengan ifthar jama'inya,
mempertemukan yang dahulu terpisah dengan program-program khususnya, dan
mengembalikan apa yang sempat hilang, semangat mengaji, menghafal dan dekat
dengan Al-Quran.
Allah,
Ramadan-Mu ini terlampau indah….
Tanpa
terasa, kini kita sudah di penghujung Ramadan kawan. Namun wanginya semakin
pekat, bersamaan dengan tersebarnya kabar tentang malam agung itu. bersemangat
kaki-kaki kita melangkah menuju masjid-masjid yang terdekat sampai yang
terjauh, mencari yang bacaannya paling panjang, atau yang do'a qunutnya
paling indah, sampai yang penting kamar mandinya 'nyaman', terkadang juga 'masjid
yang kaya', menjadi sasarannya. Menyiapkan segenap perbekalan, dan yang paling
penting, mushaf dan perlengkapan cuci diri.
Semakin kita sadari, malam agung tentu tamunya pun agung. Tamunya, mereka yang
betul-betul memburunya, yang mendambakannya dengan penuh harap berjumpa
dengannya, Lailatul Qadr. Maka diri kita semakin bersemangat untuk
melakukan perbaikan, pasalnya, mudah saja, diridhai Allah, untuk berjumpa
dengan Lailatil Qadr.
Ramadan-Mu akan segera berlalu Allah. tinggal
menghitung hari…. Ada rasa sedih tergurat di sini, di dalam hati ini. Takut kehilangannya.
Kehilangan indah dirinya, barakah dirinya, semangat yang diberikan dirinya,
pahala yang ditawarkannya, dan malam cantik nan agung yang ada di dalamnya. Takut
kehilangannya, takut predikat menjadi seorang yang bertakwa itu ternyata belum
cocok untuk kita, merasa butuh waktu lebih banyak lagi untuk beramal shalih,
untuk menjadi yang yang bermanfaat dengan iman, ilmu dan amalnya untuk menjadi orang
yang bertakwa. Akankah tetap bersemangat? Pun begitu, waktu tetap akan terus
berputar.
Telah kami genggam erat Ramadan-Mu kali ini Allah,
rahmatilah kami, dan ampuni kami untuk segala salah dan lupa. Semoga usaha kita
memperindah diri selama Ramadan ini, memang untuk bekal minimal 11 bulan ke
depannya lagi. Tak hilang senyum ramah kita, semangat mengaji, menghafal dan
mentadabburi Al-Quran, tak hilang semangat memakmurkan masjid, tak
hilang semangat menjadi pribadi yang rapi, bersih, tak hilang semangat membaca
buku-buku bermanfaat, tak hilang semangat berinfaq, tak hilang semangat
berbagi, tak hilang semangat untuk terus memperbaiki diri…. Tak hilang, dan
jangan pernah hilangkan…. Agar Allah senantiasa menjaga cinta-Nya untuk kita,
hingga kelak Allah ridha untuk menjumpakan kita dengan Ramadan-Nya lagi.
Jika lelah beristirahatlah sejenak, dengan banyak
beristighfar, memohon ampunan dan bantuan dari Allah, kemudian bertakbir untuk
mengembalikan semangat diri.
Saat jauh dengan-Nya saja, Allah masih sudi menemani kita, memberikan keceriaan
dalam hidup kita, apalagi saat diri benar-benar sedang dekat dengan Allah ya? Tak
butuh apa-apa, kalau sudah memiliki Allah… Masya Allah….
Allah, Ramadan-Mu ini terlampau indah…. untuk kini harus pergi meninggalkan kami.
Maka perhatikanlah! Apa yang terjadi pada diri
kita kini? Lihatlah kesuksesan kerja kita di Ramadan tahun ini, dengan menilai
perubahan-perubahan apa saja yang sudah terjadi dalam diri kita
sepeninggalannya. Allahu yubaarik fiina.
Lepas Ramadan dengan senyuman, bukan penyesalan, berikan apresiasi
kepada diri, yang sudah dengan sungguh-sungguh mengindahkan Ramadan-Nya, so long Ramadan! Sanaltaqy ba'da sanah,
insya Allah J
Taqabbalallahu minnaa wa minkum, shiyamanaa wa shiyaamakum, kullu 'aam wa nahnu aqrab ilallah...
Semoga suci di hari yang fitri, dengan ridha-Mu, Allah
J