Sabtu, 29 September 2012

Aku dan Fatih

Bismillahirrahmanirrahim,

Hari ini, Sabtu 29 September 2012. Pertama-tama, untuk Ayah dan Ceu Lina yang pada hari ini bertambah umurnya. Barakallahu fiikuma, wa fii hayatikuma.... Rindu. Bilakah jumpa? Qariban ya, insya Allah.

Hari Sabtu, bagi saya hari yang paling ideal untuk berlibur, sebabnya, jika ingin silaturrahim ke Hayyul Asyir lancar, tanpa Suq Sayyarat, jika ingin ke Azhar, Darrasah ahlan, ada talaqqi bersama Syaikh Ali Gomaa dan Syaikh Yusri di pagi hari, ingin ke hadiqoh? Akid, insyaAllah tidak sepadat hari Jum'at. Sudah saya rencanakan pun hari Sabtu ini ingin bertandang ke Al-Azhar, menyambangi ruwaq utamanya, duduk bersama para pecinta ilmu Allah, kemudian bersama seorang kakak membeli bahan untuk dijadikan abaya, siangnya bertolak ke kampus. A saya rencanakan, B yang termaktub dalam lauhin mahfudzhnya :) hehehe.. Baba dan Mommynya Fatih ada tugas study banding ke sekolah Turki di Tajammu' Khamis, mereka bilang sulit kalau harus bawa Fatih, karena pasti akan ada rapat dsb, alhasil saya putuskan untuk menjaga Fatih dan mengcancel rencana saya sendiri.

Fatih sudah mandi, sudah sempat mimi juga, sebelum diserahkan ke saya. setelah cucidiri dan sikat-sikat kamar mandi, saya temui Fatih yang sudah sangat mengantuk, menangis dengan tetap cool. Segera saya bawa ke 'markaz tidur Fatih' balkon kamar saya. Balkonnya kecil, hanya cukup untuk jemuran, 1 sofa kecil, 1 kursi, pot-pot bunga tapi hampir setiap hari saya sapu dan pel, saya jaga kebersihan kursi di sana, sebabnya ya anak itu, Fatih. Dia suka kalau saya bawa dia ke sana untuk tidur. Lain orang lain tempat, Babanya lebih suka membawanya ke depan aquarium. Mommynya? Di mana aja biisaaaa yang penting mimi! Iya gak Fatih? Alhamdulillah.

segera saya duduk di kursi, seperti biasa. Saya goyang ke kanan dan kiri, sambil membaca Al-Ma'tsurat atau terkadang memuraja'ah hafalan. Grasak-grusuk  Fatih tidak mau diam. "Gak betaaaah!" itu yang tercermin dari muka. Saya berdiri, pindah ke posisi lain, sambil terus menggoyang-goyangkan Fatih dengan mulut yang masih ngenyem. Lama, akhirnya matanya mulai tertutup sedikit, sayu. Sayapun duduk, "Pegaaaaaaaaaal Fatiiiiiiiiiiih...." Klap. Matanya benar-benar tertutup "Yes!!!" sorak hati saya. Segera saya masuk, siapkan bantal sambil tetap menggoyangkan Fatih, lalu menyimpan Fatih pelan-pelan ke kasur dalam posisi tengkurap. "Plis Fatih jangan bangun lagi.." do'a hati saya takut-takut. Alhamdulillah, tidur. "Fiuuh..." Saya menyalakan laptop, mulai asik sendiri dengan Facebook, YM dan Blogspotnya. 30 menit kemudian, Fatih gerak-gerak. Kalau Fatih gerak-gerak langkah yang saya ambil adalah menepuk-nepuk bokongnya. Biasanya diam, kali ini tidak. Terus bergerak-gerak. Frustasi, *lebay* akhirnya Fatih saya angkat, saya larikan lagi ke Markaz. "Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" "eda eda eda" takut hati saya, jarang sekali Fatih nangis sekencang itu! Biasanya dia tertawa terus, paling banter cemberut. Saya kasih susunya, "Piuh.." "Haaa.. dikeluarin lagi, kenapa Fatiiiiiiiiiiiih.." Ok. Saya mulai kegerahan, kehabisan cara menidurkannya, dari senandungnya shalawat, al-ma'tsurat sampai muraja'ah, dari "fatih... fatih..sholih.... sholih... " sampai "sss..sss..ss..." dari duduk, berdiri, jungkir balik, koprol, "Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" Fatih masih tidak betah, menangis, keringatan. "Iya iya Fatih, Maaf ya, maaf..." akhirnya saya ambil baby wrapnya Fatih, ajaib kalau udah masuk situ bisa langsung tidur Fatih. Saya bawa Fatih keluar rumah, anginnya enak sekali, sampai tanpa terasa mata saya juga terbawa sayu. Tapi saya rasa ikatan gendongannya terlalu kencang sehingga Fatih tidurnya pun tak nyaman, saya lepas lagi, Fatih menangis lagi. Saya wrap lagi, "Ok ini sudah bagus" saya bawa keluar lagi, tertidur.... "Yes!!!" saya bawa masuk, siap saya tidurkan di kasur, "Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" "aaaaaaaaaaaaaa Fatih kenapa bangun lagi.." hati saya mulai frustasi. Dikasih susupun tidak mau. Akhirnya saya gendong, jalan-jalan di dalam rumah, Alhamdulillah tertidur, saya simpan lagi sambil tengkurap. Dzuhur.

Saya ikut tertidur. 1 jam kemudian saya terbangun mendengar telepon dari kakak, "cepat pulang" itu saja pesan saya. Fatih terbangun, saya tukar posisinya menjadi terlentang. Fatih benar-benar membuka matanya setengah menangis. Susu. Ingat saya. Ternyata benar ketika saya daratkan botol itu mulutnya dia menghisap dengan begitu galak. Alhamdulillaah.. Akhirnya Fatih sudah minum susu. Kekhawatiran di hati saya mulai hilang, dan setelah saya timang-timang Fatih pun tertidur lagi, lebih tenang kini.

Alhamdulillahirabbil'aalamiin :)


Selesai, kisah singkat saya bersama Fatih, kata Fatih, "Sumpeeeeeeeeeeeeeeeh?"
yang penting sudah besar, jadi AL-Hafidzh, yang disayang Allah ya dek! :)
Kamis, 27 September 2012

Al-Hafidzh, yang Disayang Allah

Bismillahirrahmanirrahim.

Kegiatan saya yang satu ini belum pernah terposting ya? Padahal sudah masuk tahap kedua, pembelajaran Al-Qur'anul Karim, bersama Ustadz Khanova, Lc. Al-Hafidzh dengan peserta yang hampir seluruhnya Indonesia. Tahap pertamanya tahsin Al-qur'an, tapi bukan kisah itu yang ingin saya sampaikan kali ini, melainkan tahap setelahnya takhashshush--takhasus--.
Saya bukan pencatat tanggal yang baik, bukan pengingat yang baik juga. Berbeda dengan pemilik program ini, semuanya terkomputerisasi dengan baik, alhamdulillah..... Ternyata hari ini genap satu bulan menyetorkan hafalan (takhasush) kepada Ust.Nova. Alhamdulillah.
dan ini hasilnya.


Syufuu, aho... Lihat teman-teman, nama saya absen ke 15, alhamdulillah 1 bulan 1 juz. kullu min 'indillah.. Alhamdulillah.... Namun beberapa peserta yang tertera juga sudah lebih dulu menyetorkan hafalan, makanya ada yang sudah lebih dari 5 dan seterusnya. Tapi, kawan saya yang namanya Muharrikah itu, (dia hanya lebih awal 1 minggu dari saya, dan dia mengambil kelas 1 minggu 5 hari sedang saya 3 hari) lihatlah, dalam 1 bulan berhasil menghafalkan 4 juz! Allahu Akbar! Ya, beliau memang sudah punya tabungan hafalan, jadi ini seperti murajaah saja bagi Muharrikah, tapi keuletannya dalam menghafalkan matan, memahami syarh matan, kemudian mengajarkannya lagi kepada kami, memotivasi kami, datang setiap hari untuk setor hafalan, pagi-pagi ckckk, Masya Allah, benar-benar memotivasi saya untuk juga bersemangat.

saya juga heran, kenapa saya begitu bersyukur. Ya karena 1 bulan 1 juz itu prestasi, bukan?! salah besar! Karena sebenarnya 3 bulan awal-awal saya duduk di Mesir, saya berhasil menghafalkan 3 juz juga. Kegagalan yang saya dapatkan, dalam menjaga keistiqomahan diri, saya berhenti dari tahfidzh di tempat itu dan vacuum beberapa saat, berasalan memang, tapi akankah ada, alasan dari kita untuk tidak menghafal al-qur'an? itulah.....
vacuum berbulan-bulan membuat saya merasa menjadi manusia yang sangat merugi, tidak berguna dan orang tua saya pasti kecewa di sana, begitu juga dengan teman-teman saya di Bogor. Dan setelahnya, segala hal yang berkenaan dengan Al-qur'an terasa sulit bagi saya. Rasanya ingin menangis, malah berulang kali saya sudah menangis, menyesal. Tapi diri tak kunjung berubah. Saya berakhlaq baik, tapi tak berilmu dengan baik itu yang saya rasakan. Merasa secara dzahir saya baik, selalu ingin menjadi lebih baik, motto saya dalam kesehariannya. Ruhiyah saya terisi sebagiannya, dan sebagian lainnya itulah yang hilang. Yang sebagian itu, yang sering membuat saya takut, takut akan adzab Allah yang kelak harus saya tanggung.
Maka itu, Alhamdulillah.... 1 juz di bulan ini, walau seharusnya kusebut sebagai muraja'ah karena sebelumnya saya sudah pernah menghafal, tapi rasanya ini seperti menghafal ulang, saking berbulan-bulan tak pernah saya muraja'ah lagi.

Berkenaan hal ini, saya selalu ingat kata-kata sahabat saya, "Allah tidak akan pernah mempersulit hamba-Nya yang ingin menjaga kalam-Nya" tentu bahasa indahnya yang belakangan saya sadari disadur dari surah Al-Qamar (jika tidak salah ingat).

Lakal hamdu, walakasysyukr yaa Rabb!

Terimakasih yang hanya mampu saya ucapkan dengan kesyukuran kepada Allah....
Jazaakumullahu khairan katsir kepada Ust.Nova yang dengan sabar membimbing saya (tepatnya "kami" jujur, beliau sabar sekali!) istrinya (Kak Tsabitah Naqiyyah) yang bersedia menjadikan rumah mereka menjadi Sekretasir Indonesian Al-Qur'an Community (IAC) yang juga sedang hamil 9 bulan (sahhil umuurahaa yaa Rabb) juga para panitia yang sebelumnya juga sebagai peserta Tahsin Al-Qur'an (dan kini kami bersama-sama pada tahap takashassus) dan teman-teman seperjuanganku, angkatan 3. Alhamdulillah. Tentu saja untuk keluarga kecilku di sini, Ceu Lulu Kak Aceng dan Fatihku (siap-siap jadi Al-Hafidzh yang disayang Allah ya dek!)

Dan, maafku terkhusus untuk Ayah dan Bunda, Ceuceu-ceuceu, Aa, Adik-adik, sahabat-sahabatku di sekolah, di Bogor....
Maaf, yang belum bisa menjalankan amanah dengan baik. Maaf! sedih saya pun melihat diri begini, namun inilah seorang saya dengan segala kekurangan, sudah menjadi sunnatullah Al Islamu yazidu wa yanqus, tapi ditambah dengan kekurangan diri seorang saya?
tubtu ilayka yaa Rabb... Saya sedang belajar untuk sesering mungkin mentajdid niat, sesering mungkin ingat harapan Ayah dan Bunda, juga teman-teman, sesering mungkin kasar kepada diri, untuk cita-cita kelak yang ingin kugapai. maaf. 1 tahun sudah ya, Isma di sini, Ayah, Bunda? Maaf belum banyak prestasi agamis yang Isma dapatkan. Jujur, Ismapun kecewa dengan diri sendiri. Wallahu, ghafuururrahim :)

teman, seperti motto kita, "Tetap semangat dan istiqomah" ya, itu yang kita butuhkan untuk bisa menjaga kalam-Nya, dengan hati teman.... Dengan hati....
Mari menjadi Al-Hafidzh yang disayang Allah.

aamiin.


tidak bermaksud apa-apa, semoga teman-teman yang membaca bisa termotivasi akid, teman-teman jauh lebih baik daripada saya. Jadi, saling doa ya :)
Jazaakumullah khair....
Selasa, 25 September 2012

Rumah Da'wah, Imam Syahid

Bismillahirrahmanirrahim,

Sudah berulang kali saya tajdid niat untuk menuliskan kisah perjalanan saya ke Ismailiya, Mesir di blog saya, entah kenapa selalu terhenti karena ketidakyakinan diri, dan ketidakmauan diri untuk mencoba menulis sebuah narasi sejarah. yasudahlah. kali ini, saya tancap gas saja, walau tanpa persiapan narasi yang ok, setidaknya gambar itu mampu mewakili ribuan kata. dan hari ini juga, saya sedang mellow-mellownya merindukan beliau, Imam Syahid Hasan Al-Banna, Ustadz Rahmat Abdullah begitu juga Ustadzah Yoyoh Yusroh, Rahimahumullah. ya, merindukan beliau yang sedang tenang di sisi Rabb, satu-satunya Dzat yang tidak pernah dan tidak akan mungkin mendzalimi mereka.
sedih.

berikut saya sertakan gambar bulan Juli lalu, Ibu, Kakak, Kakak Ipar, kawannya kakak ipar, dan saya pergi ziarah ke Ismailiya. sengaja, untuk ini:
ini gambarnya setelah saya crop bagian bawah. terpampang, rumah Imam Syahid Hasan bin Ahmad bin Abdul Rahman Al Banna, ra di Mahmudiah, Ismailiya beliau lahir pada 1906.
jika diperhatikan dengan lebih seksama, di ismailiya itu daerah seperti terbagi menjadi 2. kawan elit dan kawasan kumuh. dan sangat disayangkan, rumah Imam Syahid ya di daerah kumuh. maklum, muslim, mana dianggap di sana ketika itu (zaman penjajahan Perancis) jangankan membangun masjid, shalat saja sulit. astaghfirullah. kalau gereja? megah di mana-mana.

gambar pertama itu, rumah Ferdinand de Lesseps, yang membuat suez canal, sebelahnya gambar daerah di sekitar rumah beliau. ya, disain rumah-rumah orang eropa. kalau gambar di bawahnya, gambar di daerah kumuhnya. dan yang terakhir itu gereja di sana yang tua namun megah yang baru makin indah.

sedangkan, ini masjid Imam Syahid, yang di zaman Mubarak, namanya diganti oleh mereka, dari Hasan Al-Banna menjadi Masjid Ar-rahmah.


 dan ini rumah sang Imam. sedih, tidak terurus. tentu. kalau ada yang menjaganya, pasti nanti ditangkap! di zaman Gamal atau Mubarak.

 
kemudian, ini Markaz Ikhwanul Muslimin yang pertama. sayangnya semua lambang IM dihapus(dengan digosok)oleh pemerintah, masih ada sedikit bekasnya. kini sang markaz sudah berganti kulit menjadi bengkel, namun sejarahnya masih gagah, gambarannya tetap terkesan megah, renungan yang indah dan menggugah bagi mereka yang ke sini datang berziarah, ya... Markaz Ikhwanul Muslimin, di bawah ini;


terakhir, ini makam Imam Syahid. bukan di Ismailiya melainkan di Kairo, sayyeda 'aisyah. ingat saat beliau hijrah dari Ismailiya ke Kairo? nah....
makam beliau masih satu komplek dengan makam imam syafi'i, abu dzar al ghifari, dan lain-lain (lupa)
jalan menuju makamnya kotor, kumuh, bau, penuh sampah, menjijikan, tidak terurus, apalagi?! beginikah pemerintahan dahulu memperlakukan imam-imam kami? bahkan imam mereka sendiri, a kulluhum muslimun? astaghfirullah.
ini kedua kalinya saya ziarah ke maqam imam syahid, nah kali ini sudah dicat ulang! (ba'da jatuhnya rezim mubarak) alhamdulillah, girang bukan main saya saat melihat maqamnya dengan wajah baru!


kalau dulu, yang berziarah ke maqamnya pasti akan dimata-matai, kemudian ditangkap. penduduk sekitar memang tidak banyak tahu di mana letak maqam imam, tapi yang tahu kemudian menunjukkan jalannya pada peziarah, juga tidak akan aman hidupnya! maklumlah kenapa dahulu penduduk lebih memilih berkata 'tidak tahu'. jangankan menziarahi maqamnya, astaghfirullah... saat beliau wafat pun, tak banyak yang mengiringi jenazahnya, satupun anggota keluarganya tidak diperkenankan untuk hadir dipemakaman asy-syahid. satu-satunya yang diizinkan untuk menemani beliau hanya sahabatnya, Makram Abid, yang seorang non muslim.

gerbang digembok, jendela ditutup rapat-rapat dengan papan. Rabithah kami tetap mengalun indah. tempatkan mereka di surga ya Rabb, untuk keringat, harta dan darah mereka yang sudah banyak dikorbankan untuk da'wah ini, untuk Islam, untuk-Mu Yaa Rabb.

semoga menjadi tadzkirah untuk kita, yang sering kali mengeluh lelah, dan tidak kuat lagi. menjadi tadzkirah bagi kita yang belum berkontribusi banyak untuk da'wah (sedih :(  menjadi tadzkirah bagi kita yang masih begitu mudah dikalahkan oleh hawa nafsu diri sendiri. sudah berapa tahun hidup di dunia ini dan apa yang bisa dibanggakan? tentu, di hadapan Allah, yang maha mengetahui sekecil apapun hasil tangan manusia, ikhlas riyanya, jatuh bangun-kerja kerasnya lalainya.

Ya, Rumah Da'wah itu sudah bukan lagi bernama imarah (flat) tidak beratapkan kubah, bukan juga sekolah di mana beliau mengajar, bukan juga kafe di mana beliau pertama kali berda'wah kepada orang-orang mesir bukan juga beratapkan langit, saksi tapak kaki dan keringatnya bukan.. kini atap rumahnya adalah tanah, bukan untuk berda'wah, melainkan rahah, istirahat. dalam dekapan Rabb-nya, dalam jannatil firdaus al a'la-Nya......

ini baru tentang sang imam syahid, lalu bagaimana dengan para sahabatnya? apalagi para tabi'in... para sahabat Rasulullah Shallallahu'alayhi wa sallam? lalu bagaimana dengan Rasulullah Shallallahu'alayhi wa sallam itu sendiri?#sulit dibayangkan perjuangan beliau :( beri kami syafa'atmu, ya Rasul....

faghfir lana.. yaa Rabb..

Allahu a'lam.
mohon maaf untuk segala khilaf.





 
Minggu, 16 September 2012

Kembali, Maka Kembalilah


Bismillahirrahmanirrahim

Diri, kau bilang bekerja untuk Allah. saat kau telah paham arti "tunjukilah kami jalan yang lurus!" telah lebih kau paham pahala dan dosa, surga dan neraka maka coba pahamilah juga, maknai, resapi….. Lakumu yang seumpama orang tidak tahu. Fasikkah? Jika begitu, kau paham di posisi mana kamu berdiri. Tak hendakkah kau kembali? Aaah, tajdid niat sudah berulang kali kau lakukan, aku kasihan melihat dirimu. Apa, apa yang salah?!?!

Keraguan membuncah, padahal pinta tak berganjar bayaran, hanya minta rangkulan dari-Nya.
Lupakah, Allah sudah sediakan segala waktunya untukmu, namun kapan kau akan benar-benar ikhlas menghamba kepada-Nya?!

#kecewa
Sabtu, 15 September 2012

SAKSI Untuk ROHIS


Bismillahirrahmanirrahim
Saya tak akan pernah lupa, bagaimana hidayah ini terpetik dalam kesyahduan. Saya tidak pernah lupa, bagaimana azzam ini yakin terbulatkan. Saya tidak pernah lupa, siapa yang telah banyak membantu saya melakukan perbaikan. Saya tidak pernah lupa untuk siapa saya bekerja. Saya tidak pernah lupa ukhuwah indah yang berbalut kerinduan. Saya tidak pernah lupa kapan diri mengenal izzah dan iffahnya dalam keseriusan, ketangguhan dan kemapanan.

Ya, saya tidak pernah lupa pernah menjadi bagian dari ROHIS tercinta.

Ayah, Ibu, Bapak dan Ibu Guru, teman-teman, terimakasih telah mengizinkan saya bergabung, dalam rajutan ukhuwah yang bahkan pahit manisnya, suka dukanya dalam perjuangan masih terasa hingga kini, di sini. memang belum seberapa, mari semangat memajukan diri! mohon maaf lahir dan batin.#Allahummaj'alnaa min 'ibaadikashshaalihin..
Kamis, 13 September 2012

Ibu
















Bismillahirrahmanirrahim

Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya, bedanya aktivitas pagi benar-benar dihabiskan di rumah, pasalnya hari ini Jum'at, dan Jum'at adalah libur! Jum'at Mubarakah J jangan lupa Al-kahfi dan shalawatnya diperbanyak teman. Rabbunaa yubaarik fiikum.

Sudah menjadi tekad di hari-hari sebelumnya, untuk mengonsumsi facebook secukupnya saja, berkomunikasi secukupnya, men-share sebanyak-banyaknya apabila memang ada manfaat di dalamnya, Allahua'lam. Pagi ini melihat kawanku me-like suatu gambar yang cukup menarik perhatianku. Apakah itu? ya, gambar di atas itu.

Tanpa aba-aba, pikiranku terbang ke negeri asalku, ke kota kelahiranku, ke kampung di mana aku dibesarkan, ke rumah yang penuh cinta itu, ke kamar sederhana itu, kepada Ibuku tercinta. Ya, kepada Ibuku yang pengorbanannya terus mengiang di kepalaku. Seolah bertanya-tanya, bagaimana cara ini semua bisa terjadi, sebanyak 8 kali mengandung jundi-nya, dengan kondisi yang pasti memprihatinkan di awal pernikahannya, melahirkan sebanyak 8 kali. Di sinilah, pertanyaan itu banyak berkelebat. Bagaimana Bunda bisa bertahan? Bagaimana Bunda kuat menjaga kami selama 9 bulan lebih? Bagaimana Bunda bisa berjuang pada masa sebelum dan sesudah persalinan yang saya pahami sangatlah berat, sakit, dan tidak tertangguhkan. Pasalnya, Juni lalu saya benar-benar menemani kakak saya sampai masa persalinannya, dan subhanallah…. Itu mengapa, Allah menyebut nama Ibu sebanyak 3 kali untuk menjadi orang yang paling kita hormati dan cintai setelah Allah, Rasulullah.

Bekas jahitan setelah melahirkan, bagaimana cara Bunda buang air besar ataupun kecil, dengan kondisi wc yang jongkok? Saat hamil besarpun? Sakit bukan?! Bagaimana melahirkan adik saya yang terakhir tanpa ditemani Ayah? Berat bukan? Padahal saya amat yakini dan pahami, yang lebih dibutuhkan seorang perempuan saat persalinannya adalah bukan dokter atau sekalipun ibunya, tapi suaminya. Lagi-lagi ini pengalaman saya yang melihat persalinan kakak saya. Banyak saya saksikan episode di mana kakak ipar saya terus men-support kakak saya, menjaganya, mendo'akannya, tidak tidur, mendekapnya saat kedinginan, menjaga sang bayi dan istrinya. Hhhh…. Subhanallahi masyaAllah.

Saat kondisi berjauhan, bahkan dipisahkan oleh samudera seperti ini, barulah saya berpikir untuk saat kembali tak ingin sekalipun menyakitinya, sepatah katapun menolak pintanya, sedetikpun meninggalkan ia sendiri. Tak ingin! Baktiku, adalah padanya.

Ya, Bunda yang segalanya dilakukan dengan ikhlas tanpa bayaran. Membahagiakan Ayah dan mendidik kami, membimbing kami menjemput surga.

Pintaku, Allah…. Agar Engkau ridha terhadapnya untuk menyambutnya di pintu surga. Demi kemuliaan dan pengorbanannya, I beg You, Allah….
Rabu, 12 September 2012

Hujan Dokki



Bismillahirrahmanirrahim

Tadi pagi turun hujan? Ya, kalau kamu di Bogor!

Tapi tadi sungguhan, aku merasakan rinainya yang lembut…. Kau bangun, lalu melihatnya?

Tidak. Kenapa?

Karena kurasa itu mustahil, ini Mesir! Lalu?

Tapi aku yakin. Lalu?

Sudahlah.




















missing the rain fall.
Rabu, 05 September 2012

Israel Membatalkan Festival Minuman Keras di Masjid Bir Sabi

Pemerintahan Israel membatalkan digelarnya Festival Anggur di halaman Masjid Raya Bir Sabi, setelah orang-orang Palestina meningkatkan demonstrasi mereka guna menolak adanya festival tersebut.
Walikota Bir Sabi menyampaikan kepada utusan gerakan Arab An-Naqb yang melakukan demonstrasi bahwasanya pihak walikota tidak bisa membatalkan festival minuman keras di halaman masjid tersebut, ia juga menjanjikan akan mengkaji kemungkinan-kemungkinan pemindahan festival tersebut di tempat lain tahun depan.

Dan Ketua Adalah Center di gerakan An-Naqb, Tsabit Abu Ras mengatakan, para utusan dari gerakan An-Naqb memperingatkan walikota bahwa digelarnya festival minuman keras akan meningkatkan kebencian dan ketegangan di antara orang Arab dan Yahudi. Karena festival tersebut menyinggung keyakinan dan perasaan kaum muslim, dan dianggap melanggar hak-hak mereka. Dan Tsabit Abu Ras juga mengungkapkan bahwa ia ikut serta bersama utusan An-Naqb dalam kunjungannya ke kedutaan besar Mesir, Turki, dan Jordan hari Senin. Dia juga mengatakan bahwa para Duta Besar Negara tersebut menjanjikan untuk bergerak melindungi masjid tersebut dari upaya penodaan. Sebagaimana Adalah Center mengirimkan memo khusus terkait masalah ini ke Dubes-dubes Uni Eropa.



Begini Israel, dengan caranya dalam memperlakukan tempat ibadah kami#bersungut, kesal!
Allahummanshuril ikhwaanaa fii kulli zamaan wa fii kulli makan.. 


source: http://www.akhbaralaalam.net/?aType=haber&ArticleID=54292&fb_source=message
Selasa, 04 September 2012

Hijab Itu, Pengikat Saya dengan Allah


Bismillahirrahmanirrahim

Kita sama saja, sampai Hijab yang membedakan kita. Bukan saya mengikrarkan kesucian diri, dengan Hijab yang melekat menutupi aurat saya, bukan. Namun ikrar ini adalah usaha saya dalam menjaga sifat, sikap dan laku diri agar tetap dalam batas yang syar'i. menjaga diri, dari membuat Allah murka, atau paling tidak yang membuat saya sangsi untuk melakukan hal-hal tercela. Namun lagi-lagi, saya yang tidak pernah luput dari salah dengan segala kelemahannya.

Kita dahulu berbeda, sampai Hijab yang menyatukan kita, bertukar kisah bahagia saat diri pertama kali memutuskan untuk berhijab, Allahu Akbar. Menangis tersedu-sedu mengingat bagaimana dahulu kita begitu jauh dari-Nya, mengelak dari hidayah-Nya, mengurung diri dari cahaya-Nya. Nastaghfirullah…. Bukan tanpa usaha kita berhijab, bukan tanpa perlawanan, bahkan dengan diri sendiri. Dengan air mata, hati tunduk berucap, "Allah, kini kudengar seruan-Mu, bantulah, kuatkanlah aku!"

Hijab yang melekat ini, akan menjadi saksi ukhuwah di antara kita juga, bagaimana kita saling menguatkan, bahkan rela diri tersakiti demi keistiqomahan jiwa yang lain.
Saya hanya ingin ta'at, kepada Allah. kepada Ia yang selalu mencurahkan nikmatnya untuk saya, tanpa bosan! Sekalipun berulang kali Allah, saya kecewakan.
Allah, saksikanlah bahwa Hijab ini adalah pengikat, pengikat kuat antara jiwa yang lemah ini, dengan Engkau yang maha kuat.

Izinkan kami menjadikan Hijab sebagai alat meng-iba kepada-Mu, karena takut akan adzab-Mu.
Kabulkanlah Yaa Allah, dengan Hijab ini kelak kami berkumpul di surga.

Allah, izinkanlah kami untuk terus memetik hidayah-Mu yang agung, hingga tangan-tangan kami mencapai surga atas keridhaan-Mu.

Kami yang fakir, pantaskah meminta kepada-Mu?

Yaa muqallibal quluub, tsabbit quluubanaa 'alaa diinik….
Duhai Allah yang maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati-hati kami dalam agama-Mu. Aamiin.

4 September 2012, diperingati sebagai Hari Hijab Internasional. 

Perjalanan Sang Penutup Kepala


Bismillahirrahmanirrahim,

Terlahir dari rahim seorang muslimah adalah suatu anugerah yang tak ternilai harganya. Dibesarkan oleh seorang muslim yang taat dan paham agama adalah hadiah terindah dari Allah yang pernah saya dapatkan, karena bermula dari mereka, saya mengenal Allah, mengenal kekasih-Nya yang menyiarkan agama-Nya yang begitu membanggakan. Ya, saya bangga menjadi seorang muslimah.
Tak banyak mengingat memang, kalau bukan karena ada dokumentasi foto saya dulu, bahwa saya sudah berjilbab dari sejak kecil. Ya, Ayah dan Bunda yang mengenakannya pada saya.  Lupa, bagaimana rasanya berkurudung pertama kalinya.

Saya ingat tahun 1999 saat saya duduk di bangku kelas 1 SD, Ummul Quro Bogor. Begitu bahagia rasanya, mengenakan seragam baru, rok merah itu, rasanya seperti jadi orang dewasa! Pulang sekolah, saya main keluar rumah, dengan kerudung, baju main tangan pendek, dan rok  merah seragam yang tidak ingin saya ganti. Untuk menunjukkan pada dunia (orang di kampung maksudnya) bahwa saya sudah SD!
Pada masa-masa ini jugalah, saya merasa belum mau mengenakan kerudung seterusnya. Saya hanya mau saat berangkat ke sekolah saja, atau saat pergi bersama keluarga. Kalau main ke luar rumah bersama kawan yang lain saya inginnya tanpa kerudung. "Ahmad, Ahmad mau kemana itu?" begitulah Ayah menggoda saya, saat melihat saya mengendap-endap hendak pergi bermain tanpa kerudung. "Ah Ayaaah aku Isma.." protes saya sambil menekuk alis dalam-dalam. "Oooh, Isma! Atuh Ism amah kalau main keluar sekarang pakai kerudung…." Balas Ayah menggoda saya. Akhirnya mau tidak mau karena saya tidak mau dipanggil "Ahmad" atau "Adam" alias disamakan dengan "Laki-laki" karena saya tidak mengenakan kerudung, akhirnya saya kembali ke dalam, menyambar kerudung dan langsung berlari ke TKP untuk bermain bersama yang lain.
Tiba di kelas 6 SD. Mulai asik dengan kerudungnya sendiri. mulai mengerti model yang cantik dan cocok untuk saya. Sampai sempat diakhir kelas 6 SD, saya pernah mengenakan kerudung segi empat atau peniti bersama teman-teman saya. Wow, rasanya semakin dewasa! sampai saya sadari butuh waktu 30 menit untuk mengenakannya!

Beda saya, beda kakak saya. Saya yang merasa dewasa dengan kerudung segi empat, kakak saya menyatakan ke-anti-annya terhadap jenis kerudung itu. pasalnya, sering membuat ia terlambat ke sekolah walau jarak sekolah dan rumah hanya sebatas satu kali jungkir balik saja. Awalnya di SMPIT Ummul Quro (tempat kakak saya belajar) tidak diwajibkan mengenakan kerudung segi empat, tapi mulai dari angkatan setelah kakak saya, kemudian saya, akhirnya diwajibkan. Dari sanalah bermula kebiasaan saya mengenakan kerudung segi empat.
Menyediakan waktu lebih banyak untuk bersiap? Pasti! Terkadang setengah jam lebih saya harus berdiri mematut diri di depan kaca. Sulit sekali rapinya kerudung segi empat. Cara saya mengenakan kerudung, tidak ada manis-manisnya sama sekali. Barulah saya paham, kenapa dahulu kakak saya memproklamasikan ke-anti-annya terhadap jenis kerudung itu. namun saya sadari, memang semuanya itu harus bertahap. Sampai akhirnya, saya mulai bersahabat dengan kerudung-kerudung itu, mereka juga sudah tidak terlalu kaku lagi, sebab hampir 1 minggu 2 kali mereka berhadapan dengan mesin cuci. Mengoleksi pin-pin lucu dan keren-keren, sebagai aksi solidaritas juga terhadap Palestina misalnya, membeli pin-pin bergambar "Save Palestine" dan lain sebagainya.

Tanpa saya sadari, kerudung yang awalnya hanya menutupi dada itu akhirnya semakin lebar. Memang tanpa maksud, bahkan yang menjadi motivasinya saja kawan saya yang ketika itu bilang "Aku minimal kerudung di pesantren satu jengkal dari lengan tangan atas." Dan melihat guru-guru saya di SMPIT Ummul Quro pun terlihat begitu anggun dengan kerudung-kerudung lebarnya. Begitupun rok. Dulu saya enggan mengenakan rok, saya pikir akan terlihat lebih gagah kalau saya mengenakan celana. Toh bajunya panjang selutut. Namun seiring berkembangnya jalan pikir saya, saya paham, akhwat itu anggun, namun tangguh. Dengan rok sang akhwat akan terlihat lebih anggun, dan mendobelnya dengan celana agar lebih aman. Itu terjadi saat saya duduk di bangku kelas 2 SMP (kalau tidak salah ingat).

Takdirpun menggiring saya ke tempat yang amat berbeda, sangat heterogen, SMA Negeri 2 Cibinong. Kalau bukan guru SMP saya menyemangati saya dengan iming-iming pahala di 'ladang pahala yang luas' mungkin status saya kini sebagai tamatan pesantren. Menangis pun pernah, saking saya tidak kuat menimba ilmu di sekolah umum. Satu, karena mereka semua cerdas dan rajin-rajin belajar, akhirnya orang yang mengandalkan mood seperti saya ini terlempar, dua, karena lingkungan yang amat berbeda, sekalipun, percayalah SMA Negeri 2 Cibinong, mengadakan tes tahsin untuk ujian masuknya, mewajibkan siswinya berkerudung di area sekolah, ada mentoring setiap hari sabtu, ROHIS menjadi ekstrakulikuler wajib bagi siswanya yang muslim, tutor sebaya setiap Jum'at selalu rutin dilakukan, diabsen, dan masih banyak lagi namun entah mengapa saya merasa bukan sekolah itu tempat saya, bukan! Tapi pada akhirnya, saya menjadi salah satu alumni SMAN 2 Cibinong, dan saya bangga dengan itu, wajar! Saya sadari, dulu saat saya merasa tidak kerasan sekolah di sana, itu semua lebih kepada karena saya ingin juga seperti teman-teman saya yang lain di pesantren, menghafal Al-qur'an belajar ilmu Islam dan lain sebagainya. Ini murni kesalahan saya, yang tidak bisa membagi waktu, memanfaatkannya dan terlalu banyak berpikir mau ini dan itu, sedang tindak saya hanya sedikit, sampai akhirnya menyesal waktu berlalu begitu saja, tanpa kemajuan yang baik dari hafalan, dan pemahaman Islam saya. Astaghfirullah.

Di sekolah itu juga, saya justru belajar makna beriman, dengan mempertahakan apa yang benar menurut agama saya, sekalipun itu harus betentangan dengan yang lain, makna berihsan, dengan tetap menjaga diri dari apa-apa yang Allah larang, sekalipun harus sendirian memerankannya, yakin, Allah melihat saya! Makna berislam, seperti menghirup udara yang amat segar, duhai Allah, indah sekali nikmat-Mu ini, nikmat Islam, yang belum tentu dirasakan oleh kawan-kawan yang lain, makna berhijab, yang justru saya dapatkan dari sahabat-sahabat saya yang baru mendapatkan hidayah, bagaimana berhijab itu menjadi hubungan, antara kita, sesama dan Allah.
Kepada yang telah menguatkan langkah kami, membantu kami dalam belajar agama Islam, Guru kami bersama, Pembina ROHIS di tahun saya, yang kami hormati dan kami banggakan, Abi... dan Guru-guru yang lain, atas doa, semangat dan dukungannya :) Jazaakumullah khairan katsir....

Pemenang hadiah Nobel perdamaian "Tawakkul Karman," 'The mother of Yemen's revolution,' ketika ditanya tentang hijabnya oleh wartawan dan bagaimana hal itu tak sesuai dengan level pendidikan dan intelegensinya, menjawab:

"Manusia pada awalnya hampir telanjang, dan ketika akalnya bertambah ia pun mulai memakai pakaian. Saya sekarang dan apa yang saya pakai ini mewakili level tertinggi dari pemikiran dan peradaban yang telah dicapai umat manusia, dan hal ini bukan kemunduran. Membuka pakaian itulah yang merupakan kemunduran ke jaman kuno."



Sabtu, 01 September 2012

Nawwir quluubana, Ya Rabb!


Bismillahirrahmanirrahim

Bukan dengan pedang lalu berperang menjadi jihad yang paling berang, bukan. Namun dengan kecerdasan, keikhlasan, kesabaran dan ilmu yang dimiliki mengendalikan diri mematikan titik nafsu  yang menjerat. Dengan itu. menjadi jihad yang paling berat, jihad yang paling sulit, jihad yang paling ingin ditinggalkan, jihad yang membuat manusia-manusia payah mencari pembenaran atas lakunya, bukan kebeneran yang sesungguhnya. Lucu bukan? Pahamilah, tak akan pernah kita Berjaya jika begitu caranya. Tak usah iri dengan orang yang setiap hari gembira, ceria. Kita pun bisa seperti itu, tanpa syarat sulit lagi banyak. Cukup dengan, ikuti hawa nafsu kita saja, ceria, bahagia, gemberi, senang-senang adalah sebuah keniscayaan. Namun begitukah ciri ummat Rasulullah SAW? Begitukah laku seseorang yang merindu surga?

Tentu bukan, kita terseok menjaga diri dari hawa nafsu yang begitu memberatkan kita, tak mengapa, toh tertatihnya kita menghantarkan kita pada surga-Nya, apa yang kita ragukan? Resapilah, mengapa jihad ini menjadi jihad yang paling besar, salah-salah kita bisa membunuh diri kita sendiri. namun jihad kita ini dengan kecerdasan, dengan ilmu, dengan keikhlasan! Kita pasti lebih sering menalan pil pahit hidup yang banyak cobaan, biarkan teman... Hawa nafsu tak akan membawa kesengsaraan itu berarti kita sedang belajar untuk hidup jauh dari hawa nafsu yang menjerusmuskan diri sendiri pada jurang kehinaan, biar berat bersabarlah!

Mencari cara jitu mengendalikan diri, emosi, hasrat, prasangka… sulit! Ya, amatlah sulit, tanpa keikhlasan, tanpa kesabaran, tanpa ilmu. Ikhlaskan melihat teman kita berbahagia, bersabarlah biarlah Allah yang membahagiakan kita dengan sabar dan ikhlas kita. Menjaga diri dari emosional dan hasrat yang tak terkendali, bersabarlah sebelum kelak kita menyesal dan sulit mengembalikannya kepada keadaan 'baik-baik' saja. Allah maha pemaaf, kita beristighfar Allah langsung mengampuni. Namun bagaimana dengan hati manusia yang tersakiti? Ha, itulah dia. Manusia dengan segala keangkuhannya.

Jangan banyak bergerak tanpa tujuan yang jelas teman, air saja cerdas Allah ajarkan bergerak dengan arah. Menabrak batu, mengikisnya lepas, mengalir lagi sampai ke muaranya. Air teman, air! dengan arah, dengan maksud, membawa gundukan sampah dari kali-kali di sekitar. Bergeraklah, saat memang kita bisa menebar manfaat dengan gerak kita. Inti kerja adalah berpikir terlebih dahulu. Cukupkah dengan berpikir saja? Cukup, dengan syarat kita yakin Allah mengilhami kita caranya, jalannya. Kalau begitu, berusahalah agar Allah senantiasa memberikan kita petunjuk-Nya. Bawalah segenggam manfaat, bergeraklah!

Entahlah teman, rasanya hidup saya masih belum bisa menghamba secara baik kepada Allah. baik saja belum, apalagi benar? Ihdinashshiraathal mustaqiim, yaa Rabb! Aamiin….