Bismillahirrahmanirrahim
Saya teringat ucapan seorang ustadz, yang lekat dengan panggilan
"Bang"nya. Beliau bilang, tidak mungkin seseorang menulis sesuatu
yang hanya untuk dibaca oleh dirinya sendiri. hatta diari pribadi, tidak
mungkin. Pasti ia berharap suatu hari ada yang membaca diarinya. Ya, samapun
seperti saya hari ini. Blog ini bisa
dibilang rumah di pelosok. Berbeda dengan multiply, seperti rumah di tengah
kota. Ramai, banyak tamu yang berdatangan, atau orang-orang yang berlalu lalang
di depannya. Kuputuskan rumah ini menjadi rumah pribadiku saja. Simple. Tak banyak
tuntutan harus menulis bagaimana, yang penting saya terpuaskan, kisah
terdokumentasikan. Maka saya sadari, suatu hari saya berharap ada yang membaca
blog saya ini, dan selepasnya ada ibrah, hikmah yang terus mengiang di dalam
hatinya. Allahua'lam.
Kedewasaan kita bertambah bukan, seiring berjalannya waktu? Namun cepat
lambatnya tergantung pada si pelakon. Itupun yang saya rasakan. Bukannya sok
dewasa, tapi saya merasa saat saya SMP saya sudah lebih dewasa dari teman-teman
yang lain, apalagi saat SMA. Sebabnya, di rumah saya ada kedua orang tua yang
sering kali bercerita tentang masa mudanya, juga kakak-kakak yang tak menolak
jika saya minta didongengkan masa SMP-SMAnya. Alhasil, saya paham apa yang
harus saya lakukan jika kelak saya menghadapi suatu masalah. Atau, saya bisa
merasakan bagaimana perjuangan da'wah di kampus kakak-kakak saya, meski saya
tak sekalipun pernah berjuang di sana. Ya, hanya melalui cerita-cerita mereka
saja, kemudian saya mewanti-wanti diri untuk melakukan tindakan yang lebih
baik, jangan begini dan jangan begitu jika menghadapi masalah A misalnya
(masalah yang dialami kakak saya yang kemudian diceritakan kepada saya).
Ya, kisah tentang kedewasaan ini bermula pada saya yang merasa tidak
lagi menjadi diri saya. Boleh ditanya kepada siapapun yang pernah mengenal saya
dekat. Saya yang berisik, tidak bisa diam, suka berbicara, suka tertawa, suka
bercerita, mudah bergaul, berkawan dengan siapa saja saat menduduki tingkat
kedewasaan diumurnya yang ke 18, mulai merasa bingung dengan dirinya sendiri.
benarkah begini seorang saya? Jika memang saya orang baik, mengapa saya merasa
perilaku sikap dan sifat saya ini terkadang merugikan diri saya sendiri bahkan
orang lain? Padahal hanya masalah sepele, perasaan ini muncul. Hanya karena
komentar-komentar di fb. Entah mengapa
jika saya ingin menulis komentar yang lucu, menggelitik selalunya saja saya
baca ulang kemudian saya hapus lagi. Padahal saya yakin, yang begitu bisa
membuat temanteman saya tertawa. namun karena kedewasaan ini, saya merasa bukan
masanya bercanda di fb, salah-salah teman bisa tersakiti. Bukan masanya terbuai
dengan fb bak menyelam di dunia nyata. Fb tetaplah dunia maya. Gunakan seadanya
jangan berlebihan. Begitupun saat bergaul dengan lawan jenis. Di fb itu
secukupnya saja, berbeda jika di dunia nyata janganlah sombong jika ia menyapa.
Menjaga diri itu bukan berarti sombong, berpaling. Ya, lagi-lagi ini hanya
pemikiran saya saja, di usia dewasa saya yang ke 19 Allahua'lam kelak bagaimana.
Dan tulisan ini, hanya kicauan saya saja.