Jumat, 25 Januari 2013

Tentang Ia

Bismillahirrahmanirrahim

boleh saya minta tolong? usap lembut segala pilu yang sejak tadi bersemayam tenang
ketenangannya mengusik diriku akan esok pagi yang masih menjadi rahasia di tangan-Nya
boleh saya minta tolong? semai doa kalahkan segala ragu, kalahkan segala duka, kalahkan segala tanya
semai doa dalam sujud panjang dengan ikhlasnya penghambaan
nada yang mengalir terus memutar memori indah pada coklatnya bumi ini
tak akan pernah luput cinta yang terukir atas nama Allah
semoga pemilik nama meridhainya.
menyayanginya
mengasihaninya
dan menjaganya
selalu!
Rabu, 23 Januari 2013

Banjir

Bismillahirrahmanirrahim

Innaa lillahi, wa innaa ilayhi raaji'un.

Miris. ya, miris. itu yang selalu saya rasakan tiap kali saya membaca berita tentang banjir. astaghfirullah. rasanya tak ingin pernah berhenti meminta kepada Allah untuk meringankan beban mereka. beban anak-anak yang terputus sekolahnya karena banjir, beban ibu-ibu yang kerepotan bukan kepalang mengurus keluarganya terlebih bibit penyakit begitu banyak dan menjadi lebih cepat tersebar, beban bapak-bapak yang menjadi sulit mencari nafkah karena banjir. astaghfirullah. ampuni kami ya Rabb....

Insya Allah, telah Allah siapkan balasan untuk saudara semua yang bersabar dalam menghadapi cobaan, yang tetap meminta kepada Allah walau tak kunjung ada balasan, tetap semangat, tetap yakin, bahwa Allah menguji hamba-Nya dengan segala kesempitan yang setelahnya insya Allah akan ada kelapangan.
semoga kami yang masih berada dalam zona aman, bisa lebih giat lagi dalam bekerja dan bersyukur dengan terus mengupayakan keringanan beban saudara semua, insya Allah.
wa ta'aawanu 'alal birri wattaqwa..
Allahummanshur ikhwatana fi Indonesia, wa bil khashshah fi Jakarta ya Rabb.. aamiin.


Suriah Kami

Fatih dan Suriah :)
Bismillahirrahmanirrahim,

Ini tentang Suriah, yang bulan lalu duduk-duduk bersamaku dalam shalat jum'ah Masjid Azhar, dengan Syaikh Yusuf Qardhawi sebagai khatibnya, pahamlah aku, mengapa tampak banyak orang Suriah hari jum'at itu. Jum'at yang begitu khidmat penuh barakah. Terbuai dalam ikatan ukhuwah yang begitu indah, aku merasa menjadi salah satu dari keduanya, ah tentu, aku Mesir!
Ini tentang Suriah, yang air mata para wanitanya tumpah ruah dalam dekapan kami yang tersentuh atas derita mereka. Seolah tak adalagi pundak saudara di negerinya, pundak kami menjadi tempat yang paling tepat untuk meringankan kepedihan di hati-hati mereka, menangislah guna meluruhkan kepongahanku juga! Aku miris, mendapati diri yang masih Allah berikan kesempatan untuk ber-aman ria. Apalah artinya kesakitan yang kuderita, dibandingkan mereka.
Ini tentang Suriah, yang tak punya pilihan selain keluar dari negerinya sendiri, negeri tercintanya
Ini tentang Suriah, yang harus memasang muka tebal meminta-minta ke penduduk negeri ini yang berlalu lalang di sekitar masjid, karena memang mereka tak punya apa-apa. Begitu menyayat hati terdengar, bukan maumu untuk begitu.
Dan ini tentang Mesir, yang memberi dukungan penuh untuk sahabatnya, Suriah
ini tentang Mesir, yang membuka posko di masjid-masjid, santunan untuk Suriah, demi menjaga izzah sahabatnya sendiri. Aku dapati persahabatan yang begitu manis, terjalin indah dipenuhi oleh cinta-cinta pada Allah. Aku cemburu, namun aku pasang diriku tegak-tegak di antara mereka, dalam laku, dalam ucapan, dalam do'a.
Jum'at itu tak akan pernah aku lupakan bagaimana indahnya, jum'at itu, untuk kali pertamanya aku melihat wanita-wanita cantik milik Suriah, jum'at itu, kurasakan lagi manisnya arti ukhuwah islamiyah.

Allahummanshur ikhwatana fii suriyah.. 
Kamis, 17 Januari 2013

Allah Membiarkanku


Bismillahirrahmanirrahim

Aku pernah merasakan masa kesendirian yang begitu menghimpit jiwa, hati terasa begitu sempit tak memiliki ruang walau hanya kisi-kisi saja. Aku pernah merasakan kesakitan yang menusuk jiwa, mata tak lagi mengenal lelah akan derai air mata sebab mulut tak lagi mampu berbicara. Apalah artinya gerak tubuh jika otak saja enggan berpikir selain kesedihan. Aku pernah merasakan kesulitan yang kuyakini masa tersulit yang pernah aku rasa. Ingin kugapai telapak tangan Ayah dan Bunda, ingin kupeluk erat tubuh hangat mereka namun jiwa menolaknya dalam-dalam, tak akan bahagia kalau aku senang namun justru mereka bersedih. Kutahan seluruh gejolak, kusatukan dalam hati, kupendam, lepas bersama derai air mata. Tentu tak akan berakhir, jelas sebab itu bukanlah solusi nyata.

Namun percayakah, dalam kondisi yang begitu, aku percaya Allah menyaksikanku melihat linang air mataku, melihat air mukaku yang sangat tidak bersahabat. Aku percaya, Allah melihatku! Dialog apalah ini kusebut, namun rasanya Allah memberiku masa untuk menghayati kesedihan ini, menghayati kesakitan dan kesulitan ini. Penghayatan yang bahkan kian hari kian menyiksa. Namun aku percaya, Allah membiarkanku.  Allah memberiku waktu. Kesadaran, atas sadarnya diri bahwa Allah menyaksikan kondisiku namun Ia membiarkanku, membuat aku tersadar, bahwa Allah tahu aku lelah, Allah berikan aku waktu untuk istirahat. Allah tahu aku sedih, memberikan aku waktu untuk menangis, Allah tahu aku kesal memberikanku waktu untuk diam seribu bahasa, Allah tahu aku bosan, memberikanku waktu untuk merubah segalanya, terubahlah segalanya, diam bergeming, kering tak menyuburkan, perih tak terobatkan.

Tak lagi ingin aku buat Allah menyaksikan laku burukku, tak lagi aku ingin membiarkan Malaikat Atid semakin piawai memainkan penanya dalam kitab akhiratku, tak ingin! Air wudhu terasa begitu menentramkan, Alqur'an terasa begitu menguatkan, kalam-Nya? Aduhai begitu menenangkan hati. Allah, terimakasih untuk tidak memaksaku. Terimakasih untuk selalu memberikanku waktu, terimakasih untuk selalu memberikanku petunjuk-Mu. 
Rabu, 16 Januari 2013

Dingin di Sini dan di Sana


Bismillahirrahmanirrahim

Musim dingin 2013, banyak yang harus saya ubah agaknya. Berkaitan dengan musim dingin yang lebih semangat membalut diri dengan dinginnya, sulit kulihat matahari terbit kecuali benar-benar setelah adzan dzuhur berlalu. Membuka balkon yang selalu dijaga kebersihannya agar Fatih bisa terus berjemur di sana, saya mulai mengangkat jemuran hari kemarin, menggantinya dengan jemuran basah dhuha tadi. Saya perhatikan, ada yang berbeda dengan langit hari ini. Warnanya memudar. Beberapa kali saya buka tutup mata saya dengan cepat untuk membeningkan penglihatannya, namun tetap saja begitu. "Asap?" tanya saya dalam hati. "Ah, itu kabut!" saya cukup terkaget dengan kenyataan itu, pagi ini berkabut bahkan hingga pukul setengah dua siang tadi saya keluar, pekat dengan kabut. Fatih yang berada digendongan tak kuasa menahan sinar mentari sayup-sayup tertutup matanya, tidur. Selesai menjemur pakaian Fatih, menyimpan Fatih di kasurnya, menyelimutinya dengan selimut yang tebal.

Ah, musim dingin kali ini memang terasa lebih menyakitkan. Menyakitkan? Bagi saya menyakitkan. Cerita dahulu dari  kakak-kakak, tentang Mesir, selalunya "Panas!" begitupun kawan-kawan yang mengantarkan keberangkatan saya dengan pesan-pesan, "Isma jangan gosong yaa di sana!" cukup membuat saya khawatir, tapi ternyata, apalah panasnya Mesir ini, tak jauh berbeda dengan Indonesia, bedanya di Indonesia lebih banyak pohonnya. Justru yang lebih menantang adalah musim dinginnya. Memasuki musim dingin, sudah mulai terlihat kulit yang mengeriput, kering, bibir pecah-pecah, bahkan sempat gigi saya sulit mengunyah makanan, setiap kali bangun tidur rasanya posisi gigi berubah miring(?) saya duga itu karena semalaman saya tak kuat menahan dingin dan tanpa sadar gigi saya rekatkan kuat-kuat atau, kenapa ya? entahlah. Hatta di rumah saja, baju yang digunakan berlapis, lengkap dengan kaos kaki dan sepatu kainnya.
Jujur saja, dinginnya musim dingin kali ini, pernah mengalahkan semangat saya untuk bangun pagi, untuk beranjak ke kamar kecil menjaga wudhu, untuk bersiap-siap rapi keluar rumah, subhanallah. Ini baru dinginnya mesir, yang kisaran paling rendahnya 8 derajat celcius, bagaimana di belahan bumi lain? Subhanallah…. Kalaulah memang si futur membalut dirinya dalam dingin, Alhamdulillah kaki-kaki kami menjadi penapak pertama untuk mengerjakan  yang fardhu./semoga

Kakak saya pernah bercerita, rekan kerjanya pernah menyampaikan tentang suatu hal yang baru kali itu saya ketahui, saya cari tahu tentang kabar tersebut dan hadits inilah yang saya dapati,

Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al Khudri, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إذا كان يوم شديد البرد فإذا قال العبد : لا إله إلا الله ما أشد برد هذا اليوم : اللهم أجرني من زمهرير جهنم قال الله تعالى لجهنم : إن عبدا من عبادي استجار بي من زمهريرك و إني أشهدك أني قد أجرته قالوا ما زمهرير جهنم قال : بيت يلقى فيه الكفر فيتميز من شدة البرد
“Jika hari begitu amat dingin, lalu seorang hamba mengucapkan ‘Laa ilaha illallah, maa asyaddu bardin hadzal yaum: Allahumma aajirni min zamharir jahannam’ (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah begitu dingin hari ini. Ya Allah,  selamatkanlah aku dari dingin bekunya jahannam). Allah Ta’ala kemudian berfirman kepada jahannam, “Sesungguhnya di antara hamba-Ku, meminta perlindungan pada-Ku dari dingin bekumu, dan aku bersaksi padamu bahwa aku telah melindungi dari dingin tersebut.” Mereka berkata, “Apa itu zamharir jahannam?” Dia menjawab, “Itu adalah rumah yang orang kafir dilemparkan di dalamnya, lantas mereka terasing karena saking dinginnya.”

Hadits ini menjelaskan, bahwa neraka juga sebagai pemilik kedahsyatan 'dingin', di samping namanya yang ma'ruf dengan 'panas'.
Semoga kita semua terlindung dari panas dan dinginnya api neraka. Aamiin Yaa Mujiib as-saa`ilin.