Sabtu, 16 November 2013

Sosoknya

Bismillahirrahmanirrahim

Yang hanya hitungan hari saja. Sosoknya seolah menyita ruang di dalam pikiranku.
Teringat kuat sosoknya yang indah walau hanya pada pandanganku yang manusia.

Tuturnya membuatku terkesima ia berbicara sesekali dengan al-Quràn. Aduhai itulah juga yang menguatkanku untuk mendalami tafsir al-Quràn, memberikan atsar berarti pada diri dan orang lain.

Ia menjamuku sepenuh hati, kalau Allah perpanjang kebersamaannya, mungkin aku pilihkan jalan lain bukan yang ini :)

Aku belajar banyak darinya. Hati yang riang, ikhlas melayani dan memberi, kesabaran, ketangguhan, keshalihan, keuletan, khidmah diri terhadap ummat...

Ah.. Masya Allah. Banyak orang baik nan shalih telah kutemui yang kesemuanya selalu memberikan pelajaran berarti bagiku.

Aku merindukannya untuk sekali menyapa pagi atau sore. Aku merindukannya untuk melahap semua hidangannya. Aku merindukannya berjalan di bawah rintikan hujan pagi hari dalam sunyi gang kecil itu.

Allah, hadiahkan ia (.........
....) aamiin.

Semoga berjumpa lagi dalam kebahagiaan kesuksesan yang penuh kesyukuran.

Alhamdulillahilladzii bini'matihi tatimmushshalihaat.

Jumat, 08 November 2013

Ceracau Malam

Bismillahirrahmanirrahim

Allah, rasanya dada hamba begitu sesak... Ampuni hamba untuk segala khilaf yang tanpa malu kulakukan di atas bumi-Mu ini...
Yang kemudian sebab takut, hamba berbisik meminta-nya pada-Mu. Tak sanggup kusebut namanya, hamba yakin Engkau pilihkan yang terbaik.

Malam ini saja, Allah.... Kemudian tenangkan diri hamba dalam keberkahan pagi dan malam-Mu.

*really speechless, dont know what to do, actually all I have to do is; call his name: Allah! Then beg Him, please :'( and everything will be ok bi idznih :)

Kamis, 07 November 2013

Dewasa Itu

Bismillahirrahmanirrahim

Berdiri di umur 20. Sudah enam bulan silam. Dan saya masih meraba-raba apa itu "dewasa". Kalau dulu saya berpikir bahwa orang yang dewasa adalah orang yang saat ia berbicara seperti tetua yang berbicara, begitu didengar begitu nikmat sampai ke hati. Atau yang saat bertindak atas sebuah perkara, tindakannya begitu bijak tidak timpang kanan atau kiri.

Namun kini, saya merasakan makna dewasa yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Kisahnya berawal saat saya merasa semuanya jauh dari impian-impian yang saya tuliskan dalam buku kecil, jauh dari harapan-harapan yang sampaikan pada Ayah dan Bunda, bahkan jauh dari pinta saya kepada Allah.

Sudah lama saya fahami, wallahu ya'lamu wa antum laa ta'lamuun…. Jadi bukan masanya lagi saya bertanya-tanya, "mengapa nasib saya begini, Allah??" namun ternyata ada yang sama kejamnya dengan itu. Diamnya saya. Saya memang enggan bertanya, "kenapa Allah?" tapi ternyata saya terjatuh dalam ketidakpedulian. 

Dalam lisan saya berkata, "khair, in sya Allah" atau, "Ala kulli hal Alhamdulillah" seolah saya melupakan esensi dari dua kalimat tersebut saya berlalu begitu saja tanpa berpikir faktor apa yang menyebabkan saya belum berhasil mendapatkan apa yang saya usahakan? atau mengapa Allah belum ridha? Atau, mungkinkah ada khilaf diri yang menghalangi? Dan lain-lain.

Maka kini saya berpikir ulang, faidza 'azamta, saat saya sudah berazzam, fatwakkal 'alallah, maka saya akan langsung bertawakkal kepada Allah berusaha menepis keragu-raguan dalam hati menguatkan tenaga dalam diri, kemudian berusaha sekuat tenaga menjadi proses selanjutnya bersama dengan do'a dan sedekah yang senantiasa mengiringi…. Maka apabila Allah putuskan apapun untukku, bismillah… semua akan baik-baik saja. 
Kalimat ini bukan yang diucapkan kemudian berlalu, namun "khair in sya Allah," "Ala kulli hal Alhamdulillah.." semoga menjadi kalimat-kalimat penenang bagi jiwa yang risau, sandaran bagi tubuh yang hampir rubuh.

Hidup ini kian berat tantangannya, na'tamid 'alallah, kita percayakan segalanya pada Allah in sya Allah akan menjadi nafas lega dalam setiap kesempitan. Allahul musta'an..
Allahu a'lam bishshawab..