Sabtu, 22 Februari 2014

Toreh Hati

Bismillahirrahmanirrahim

Berulangkali aku mencoba mengungkapkan cintaku padamu, Berulangkali pula aku gagal menuliskan kata terindah untukmu, aku hanya ingin kau memahami betapa ada rasa cinta yang tak mampu kutahan sendiri, ada kesyukuran yang terhatur tak terhingga pada Allah atau segala anugerah ini, ada rasa bersalah juga pilu untuk selalu menyusahkanmu, seberapapun buruknya aku namun tetap saja kau anggap aku yang tersayang, tercinta.

Ayah dan Bunda, kian bertambah umurku, kian kau beri cinta setulus tangan mengusap, dada menerima dekap aku jauh kau dekati aku dekat kau pandangi.

Ayah dan Bunda, bahasaku benarlah tak indah namun tak bisa kusimpan sendiri, betapa.. aku mencintai Ayah dan Bunda dengan segenap hati yang bahagia karena memiliki, hati yang sesak mengakhawatirkan Ayah dan Bunda.

Ayah dan Bunda. Hamba mohon yaa Rabb untuk menjaga mereka dengan sebaik-baik penjagaan-Mu.

Ayah dan Bunda, maaf untuk segala khilaf dan kesalahan.

--menanti Ayah pulang, menjelang tidur--

Sabtu, 15 Februari 2014

Kepiluan Waktu Senja


Bismillahirrahmanirrahim

Maghrib di hari sabtu kemarin. Ada kisah yang membuatku tergugu saat shalat berjamaah dengan Ayah. Tentulah tak hendak saya menangis, namun begitu saja air mata menetes perlahan tak lama disambut oleh isakannya. Sebentar saja, hanya beberapa detik kemudian saya kembali menguasai diri. Lepas ucap salam kanan dan kiri, saya langsung berdiri bergegas ke teras luar. Duduk di kursi kayu bersama keheningan maghrib saya tenangkan diri. Terkadang ucapan seseorang indah bagi dirinya tapi boleh jadi pedih bagi pendengarnya. Kira-kira itulah yang terjadi padaku.

Saya  pikirkan cara untuk menghilangkan kesedihan, posisinya di rumah di waktu libur akhir pecan, benar-benar bukan masanya untuk bersedih. Sedemikian saya makan, menyetel tv seadanya mengobrol sekenanya, membantu seperlunya, ternyata bisa juga terbaca oleh ibuku. Ditanyanya ini dan itu, saya tetap bungkam dan mengatakan semua baik-baik saja. Bahkan sempat ibu saya menerka kesedihan terjadi karena kabar yang saya dapatkan tentang “si dia” saya tertawa sedikit sambil berucap, “sebenarnya asal dia baik aku ga masalah, tapi kalau Bunda ga mau, ya nggak. I’m ok Mom, really!” Ibuku sedikit mengancam dengan wajah sangar kalau-kalau saya  tidak mau bercerita padanya, mengingat hampir setiap hal yang terjadi dalam hidup saya, ibu saya tahu itu! Saya lawan rasa malu, untuk menceritakan segalanya, saya pikir saya sedang mencari keridhaan-Nya, maka saya butuh masukan dari kedua orang tua saya tentunya.

Melihat kekhawatiran ibunda tercinta tentu menambah kepiluan malam itu. Subuhnya saya terbangun dengan struktur kelopak mata yang lebih lebar. Ibu saya menegur untuk yang kedua kalinya, “Ga nangis apanyaa itu liat mata kamu” yang tertuduh hanya cengengesan. Alhamdulillah, bunda tidak terlarut dalam kekhawatiran mengingat pagi itu ada acara di Ummul Quro juga ada undangan di Jakarta. Saya pun sama, harus kembali ke Jakarta. Kami sibuk mempersiapkan diri masing-masing.

Saya sudah siap dan hendak berangkat, saat bersalaman dengan Ayah beliau berkata, “Ayah sayang Isma” deg….. tiba-tiba seperti ada dobrakan dari hati ke mataku ada yang ingin terjatuh namun aku tahan kuat-kuat. Ayah masuk angin pagi tadi, jadi saya pijat sebentar, bukan karena saya jago memijat hanya saja kasih sayang dan doa yang terhatur untuk menyembuhkan Ayah, syafaakallah Ayah!

Saat berpamitan pada Bunda pun sama, saya berpamitan di Ummul Quro, beliau berkata, “masih galau yaaa?” saya hanya tertawa.

Kembali ke Jakarta. Harapan saya sekembalinya ke kosan, sudah tak ada lagi kesedihan yang mendalam. Sebenarnya sudah sejak semalam saya menenangkan diri saya, toh saya bukan orang yang baru sehari dua hari mengenal Allah seharusnya saya memang jauh jauh jauh lebih dewasa dalam menyikapi segala hal. Alhamdulillah, malam itu Allah ilhamkan, Allah kuatkan saya untuk menguatkan hati saya.

“manusia hanya mampu berencana, Allah yang pilihkan. Manusia hanya mampu berusaha, Allah yang memutuskan.” Dipilihkan oleh Allah pada setiap sisi kehidupan? Ah, sungguh saya sangat ridha.

Kemudian saya belajar mengikhlaskan. Allah, Irham dha’fana..
Rabu, 12 Februari 2014

Saya dan Mulazamah

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahilladzii bini'matihi tatimmushshaalihaat.....

Agaknya ucapan itulah yang terlafadzkan dengan syahdu menyambut semester baru ini. Allah tentulah tidak melihat hasil, murni yang Allah lihat adalah proses menuju akhiran tersebut. Saya yang dalam kondisi iman serba pas-pasan ini masih Allah beri hadiah yang di luar dugaan saya. Saya bertahmid sekaligus bertanya-tanya? Allah, kok bisa? 'Ala kulli hal Alhamdulillah, perjuangan masih panjang hanya istiqomah dalam kebaikan dan keikhlasan yang Allah minta yang kita paksa.

Saya bukan tipe orang yang bisa terbangun karena alarm, tubuh saya lebih alami bangun secara refleks. Ruginya, kalau saya terbiasa bangun pukul 04.30 maka itu yang terus terjadi seperti hari-hari belakangan ini, sampai saya menyandra jiwa saya, dan memberikan pilihan, "bangun pukul 03.00 atau rugi seharian?!" tentu bangun pukul tiga pagi! Akhirnya saya setting si autopilot pukul 03.00 tidak tanggung-tanggung kali ini saya menggunakan alarm, "semoga bermanfaat!" harap saya.

Malamnya sampai pukul 21.50 saya masih sibuk menghafal tapi segera saya sudahi sebab esok pagi benar-benar saya harus bangun pukul tiga.
Tetapi entah mengapa saya sulit sekali untuk terlelap. satu dua kali saya duduk. Satu dua kali mati dan nyalakan kipas. Masih tidak bisa tidur. Satu dua kali berdiri, bertanya, "Apa yang saya mau?" sesekali mengoleskan minyak angin pada kening agar tetap terasa dingin walau tanpa kipas angin. Masih juga belum terpejam. saya kesal. Padahal saya sudah mewanti-wanti diri untuk tidak memainkan handphone sebelum tidur tapi karena belum juga bisa terlelap akhirnya saya buka hp saya, wa, fb, line, ig semua semua semua sampai saya mengantuk. dan alhamdulillah pukul 12 malam lebih saya tertidur sambil sedikit gugup, meragukan jam tiga esok pagi. fiuh.

sayup-sayup saya mendengar suara gemericik air. ingin tak mempedulikannya tapi sontak saya terbangun saat ingat'pukul 3 pagi' benar saja sudah pukul 04.11 saya agak kesal dengan tetap indah dan perlahan keluar kamar tidak boleh terserang energi negatif buru-buru saya wudhu sikat gigi dan shalat hanya dua rakaat saja, sebab ada hal lain yang harus saya kerjaan pada pukul 3 pagi tadi. saya segera membersihkan diri saya, selepasnya adzan subuh berkumandang saya pun shalat, berdoa dan segera kembali ke kamar. siap-siap dengan pakaian rapi seolah mau hendak pergi ke kampus padahal masih pukul 05.15

saya hampiri sampah yang sudah saya rapikan sejak semalam, kemudian keluar dan meluncur ke sebuah tempat. hanya ditemani oleh satu dua orang yang lalu lalang dan lampu jalan temaram. tiba di tempat, begitu sepi. oh ternyata sudah ada satu orang di sana, kemudian saya dan setelah itu satu orang lagi.

tidak banyak yang kami lakukan di sana, hanya menyetor hafalan di rumah ustadzah. semakin siang semakin banyak yang berdatangan pukul 07.05 saya beranjak dari tempat karena sudah menyelesaikan tugas di sana, mencari makan dan bersiap untuk kuliah umum pukul 8 paginya.

Mulazamah, program tahfidzh kami di semester ini lebih berat dari semester kemarin. mohon doanya agar kami istiqomah.

Sudah sekian kali saya disusul, maka kapan saya mampu menyusul? fastaqim!