Selasa, 16 September 2014

Nasihat Ustadzah Tentang Amanah Ini, Kawan


Bismillahirrahmanirrahim

Apa kabar dunia kampus? Dunia heterogen yang mampu mengombang-ambingkan iman, sekaligus menjadi penguatnya, mampu mengoyak ukhuwah sekaligus pengeratnya yang paling jitu, dunia yang benar-benar membuat kita tertatih kelelahan sekaligus menyunggingkan senyum kesyukuran. Kedua hal yang berlawanan tersebut tentulah dicapai dan disikapi dengan cara yang jauh berbeda. Yang satu lelah dan berhenti, dan yang lainnya lelah namun lillah….

Kami yakin dunia kami tak seheterogen milikmu, kampus kami bisa dibilang kampus yang cukup homogen. Allah beri kita kebahagiaan yang berbeda namun sama, Allah beri kita ujian yang sama namun berbeda.
Alhamdulillah, layaknya kampus-kampus yang ada, kampus kami baru saja melangsungkan pelantikan untuk anggota BEM yang baru. Ya, BEM. Dulu dalam benak saya menjadi salah satu pengurus di dalam BEM adalah sesuatu hal yang keren, cukup membangganggakan. Kau akan lebih tahu informasi-infomarsi dibandingkan kawanmu, kau mengatur mereka sementara mereka kau atur, kau ke sana kemari di kampus sedang mereka cukup diam menanti. Oh, payah sekali pandangan saya ketika itu. Bahkan setelah saya jalani, hari-hari saya dipenuhi kelelahan karena BEM, waktu saya tersita tak tanggung-tanggung. Perjumpaan dengan orang tua di akhir pekan terkikis perlahan-lahan, berkutat dengan program pengembangan, berkutat dengan proposal, berkutat dengan rancangan acara. Apa indahnya kalau begitu?

Kau rasakan seluruh kemajuan kawan-kawan kampus berada pada pundakmu, citra kampus ada di tanganmu, bagaimana bisa tidur siang?

Kalau boleh saya protes, saya akan protes pada kakak yang menjerumuskan saya ke dalam BEM ini. Sampai pada suatu masa, saya mengerti, Allah yang pilihkan kita untuk mengemban amanah ini, amanah tak akan pernah indah, amanah tak akan pernah mudah, beruntunglah bagi ia yang yakin bahwa suatu saat Allah akan meminta pertanggungjawaban atas amanah yang ia emban, lalu ia bersungguh-sungguh menjalaninya.

Dan hari ini saya harus dilantik kembali menjadi anggota BEM? Rasanya saya ingin kabur saja, namun kostan saya hanya berjarak 500 M dari kampus. Rasanya saya ingin menolak saja, namun tidakkah saya dzhalim, apabila alasan saya karena saya tak ingin lagi tersita waktu, lelah berkeringat tak karuan, waktu belajar, menghafal dan istirahat yang berkurang? Bismillah…. Kulangkahkan kaki menuju aula untuk pelantikan.

Siapa yang menyangka, nasihat dari Ustadzah kami dalam sambutannya terasa begitu menohok hati, namun kiranya itulah yang seharusnya ia lakukan, mengingatkan kami tentang hakikat amanah ini. dengan lembut namun tegas ia mulai membuka hati dan kesadaran kami, bahwasanya amanah ini bukanlah ikraman wa takriman(kemuliaan atau posisi yang dibanggakan) justru ianya adalah taklifan (beban) yang Allah simpan dalam pundak kami. Kemudian, bagaimana pula kami bisa berbangga diri? Merasa lebih daripada yang lain?
Kemudian Ustadzah mengarahkan kami agar bekerja sebagaimana sabda Rasulullahi shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Innallaha yuhibbu idza ‘amila ahadukum ‘amalan an yutqinahu”. Ya, sudah selayaknya kami yang kuliah di kampus agama ini berjuang mengamalkan hadits di atas, yaitu bekerja dengan itqaan dengan penuh profesionalitas. Bekerja dengan suka rela dan hati senang. Membekali keilmuan diri agar profesional, sebab inilah bentuk kecintaan Allah pada kita, saat bekerja dengan itqaan.

Kian bertambah poin yang disampaikan, hati saya berdebar lebih menakutkan, amanah ini kian bertambah berat rasanya. Ustadzah mewanti-wanti kami agar senantiasa mengingat kata kunci keberhasilan kinerja kami, yaitu: Al-Amanah. Mari laksanakan tugas dan fungsi kita di manapun berada, dengan penuh amanah. Pekerjaan tanpa amanah, bukan manfaat yang kita beri dan kita dapatkan, namun mafsadah (kerusakan). Na’udzubillah.

Terakhir Ustadzah kembali mengingatkan kami untuk menjadikan amanah ini sebagai proses pendekatan dan penghambaan diri kepada Allah Ta’ala.

Alhamdulillah..

Untuk teman-teman yang sedang mengemban amanah, hanya Allah yang mampu menguatkan pundakmu, hanya Allah jualah yang mampu meringankannya. Sadarilah, kiranya Allah senantiasa bersama kita, meskipun tak pernah kita minta.

Demi tegaknya kalimat Allah.