Rabu, 14 November 2012

Kaidah Ke-1, Dakwah di Jalan Allah, Jalan Kesuksesan di Dunia dan Akhirat


Bismillahirrahmanirrahim

Kaidah ke-1
" Ad-Da'wah Ila Allah Sabil An-Najah Fiddunya wal Akhirah"
Dakwah di Jalan Allah, Jalan Kesuksesan di Dunia dan Akhirat
oleh: Isma Muhsonah Sunman

Atas para da'I sudah menjadi kewajiban untuk mengetahui bahwa Allah Swt menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana yang Allah Swt katakan, "وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ"(QS.Adz-Dzariyat:56). Ibadah tidak dilakukan kecuali dengan mata hati yang hanya bisa dicapai jika sesuai dengan jalan-Nya, yang Allah turunkan kepada para rasul dan nabi-nabi-Nya. Sejatinya para rasul dan nabi-nabi adalah seorang da'I, yang memberikan petunjuk kepada kebenaran dan ini adalah misi mereka yang paling utama sebagai bentuk merealisasikan tujuan Allah dalam menjadikan Adam sebagai khalifah di muka bumi; memberlakukan hukum sesuai ketentuan Allah dan menjalankan perintah-Nya. Allah mengatakan," وَ إِذْ قَالَ رَبُّكَ" "لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً (Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" QS.Al-Baqarah:30), tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menjadikannya hanya sibuk mengerjakan perintah Allah, lagi-lagi seperti yang Allah katakan, "وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ." (tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mereka beribada kepada-Ku. QS: Adz-dzariat:56).

                Ar-Razi bertanya, "Ibadah apakah yang menjadikan jin manusia diciptakan untuknya?" kami menjawab, "mengagungkan perintah Allah dan berbuat baik kepada sesama" kemudian ia berkata, " ketika cara pengagungan yang pantas terhadap Allah Swt tidak diketahui oleh kita, maka wajib bagi kita untuk mengikuti tuntunan Rasulullah Saw. Sesungguhnya Allah telah memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan mengutus para rasul-Nya yang menjelaskan jalan dalam berbagai macam ibadah". (Tafsir Ar-Razi, 435/28)

                Pembagian terhadap fungsi ibadah ini merupakan pembagian yang ringkas namun mencakup seluruhnya.

                Berdakwah di jalan Allah merupakan bentuk yang paling jelas dari bentuk-bentuk pengagungan, yang mana seseorang itu mengajak pada sebuah pemikiran atau tujuan dan meluangkan daya upaya di jalan-Nya. Dia melakukan itu semua karena dirinya dipenuhi oleh tujuan dan pemikiran tersebut.
Dalam berdakwah di jalan Allah terdapat dalil tentang kepedulian terhadap hamba-hamba Allah, karena seorang da'I ingin mengeluarkan manusia dari kondisi sempit carut marut dan terpecah belah kepada kondisi bernaungkan sebuah sistem yang dirancang untuk luasnya agama dan ufuknya yang membentang. Dan yang mampu mengembannya untuk membahagiakan manusia dan mengeluarkan mereka dari neraka ke surga.

                Para nabi Allah dan rasul-rasul-Nya Allah perintahkan untuk berdakwah di jalan-Nya dan menjaga tujuan dari Allah menciptakan makhluk-Nya, mereka benar-benar bersungguh-sungguh dalam mendakwahi manusia demi tujuan ini. Dan sudah dikisahkan juga di dalam Al-Qur'an yang mulia kepada kita tentang peperangan para nabi dengan kaum-kaumnya, menegaskan selalu terhadap selamatnya  para da'I dari  kehancuran orang-orang dzalim yang menentangnya.

Dalam kisah Nabi Nuh As dengan kaumnya, hasilnya: "فَكَذَّبُوهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَجَعَلْنَاهُمْ خَلَائِفَ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ." (lalu mereka mendustakan Nuh maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera. Dan kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu. QS.Yunus:73).
Dan dalam kisah Nabi Hud As dengan kaumnya, hasilnya: "وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَنَجَّيْنَاهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ" (dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatan Hud dan orang-orang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat. QS.Hud:58).
إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
(kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. QS.Hud:66).
             Dalam kisah Nabi Luth As, hasilnya:
 قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ
(Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" QS.Hud:81).
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
(Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. QS.Hud:82).
            Dalam kisah Nabi Syu'aib As, hasilnya:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ
(Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu´aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. QS.Hud:94).
          Dalam kisah Nabi Musa As, dengan Fir'aun dan kaumnya, hasilnya:
فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ
(Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. QS.Al-A'raf:136).
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ
(Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir´aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. QS.Al-A'raf:137).
Dan dalam cerita tentang sebuah kampung yang dahulu menjadi pusat peradaban laut, hasilnya:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
(Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. QS.Al-A'raf:165).

Semua ayat ini untuk meyakinkan akan keselamatan atau kesuksesan dalam berdakwah di jalan Allah. Dan ini adalah janji Allah Swt kepada orang-orang beriman,
ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا ۚ كَذَٰلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ
(Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. QS.Yunus:103)

Sayyid Quthb rahimahullah berkata, "Ini sudah menjadi ketetapan Allah di muka bumi dan ini adalah janji-Nya kepada para kekasih-Nya,  dan ketika jalan menjadi panjang bagi orang-orang beriman, maka wajib diketahui bahwa itulah jalannya. Dia harus meyakini akhiran dan ganjaran bagi orang-orang beriman. Dan jangan memburu-buru janji Allah sampai kelak janji-Nya pasti akan melalui jalan dakwah ini. Allah tidak akan pernah mencurangi para kekasih-Nya. Tidak akan lemah dalam menolong hamba-hamba-Nya dengan kekuatan-Nya,  dan tidak akan  pernah menyerahkannya kepada para musuh, tetapi Allah akan memberitahu mereka, memahamkan mereka dan membekali mereka –dalam cobaan- dengan bekal perjalanan". (Fi Dzhilalil Qur'an: 1812/3)

Tidak ada kerugian dalam berdakwah:
Perkara dakwah tidak seperti yang disangkakan sebagian manusia, bahwa dakwah itu melelahkan, merugikan, keras, dan menyakitkan. Dakwah memang tidak pernah kosong dari lelah dan sulit tetapi ia lezat, dan nyaman di hati. Karena itu para da'I rela berkorban dalam dakwah baik dengan mahal ataupun murah, merasakan siksa, bahkan jika harus sampai menjumpai kematian demi dakwah. Mereka itulah yang lebih bahagia daripada manusia tanpa dakwah. Adapun di akhirnya, maka dakwah adalah kemenangan, selainnya adalah kegagalan, ialah yang kekal, selainnya maka fana.

Dakwah Nabi Muhammad Saw, amanah bagi ummat manusia:
Bisa diperhatikan dari ayat Al-Qur'an mulia yang membahas tentang perang para nabi dengan kaum-kaumnya, bahwa para pendusta dari kaum-kaum ini, mereka mendapatkan adzab Allah Swt dan tidak tersisa dari mereka di  bumi ini kecuali kampung-kampungnya. Allahpun tidak menyisakan sedikit saja dari mereka. Dengan datangnya Nabi Muhammad Saw, dihilangkannya  adzab-adzab berupa topan, petir, dan angin. Ini semua merupakan penghormatan terhadap ummat ini yang tidak pernah sepi dari orang-orang yang membela Allah dengan hujjah, tidak juga sepi dari golongan yang selalu tampak terhadap perintah Allah hingga Allah menentukan takdir-Nya. Dan golongan ini, mereka adalah para da'i. dan atas mereka Allah takdirkan keselamatan dari ummat yang dihancurkan satu tahun penuh. Ketika bumi sepi dari golongan yang mulia ini, maka sesungguhnya kiamat akan terjadi.
1.       Nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya, tidak akan terjadi kiamat kecuali atas orang-orang jahat (Shahih Muslim)
2.       Nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya, tidak akan terjadi kiamat kepada seseorang yang mengucapkan: Allah, Allah (Shahih Muslim, Syarh An-Nawawi) dan di riwayat: sampai di bumi tidak lagi diucapkan: Allah Allah.
Kedua, perkataan Rasulullah Saw, sesungguhnya Allah meniupkan angin dari Yaman, lebih lembut daripada sutera. Seseorang tidak akan meninggalkan sebutir bijipun dari imannya kecuali angin itu akan menyapunya. (Shahih Muslim, Syarh An-Nawawi).

                Dan bisa kita perhatikan dari riwayat-riwayat  ini, antara kekalnya golongan orang-orang beriman adalah sampai kiamat, dan terjadinya kiamat itu atas orang-orang jahat.
Para da'I telah menempatkan dirinya pada jihad, dan menyerahkannya untuk berkorban di jalan Allah, maka sesungguhnya tugas mereka ini menjadikan mereka lebih mampu atas penyerangan dan mujawalah, insyaAllah dengan izin-Nya mereka akan menang, sukses dan para musuh akan kalah.

Kesuksesan di sini, bukan dimaksudkan atas kesuksesan diri sendiri dari segala penderitaan dan kesakitan, kesuksesan di sini dimaksudkan pada kesuksesan jama'ah dan konsepnya di akhir. Adapun di akhirat maka gambaran kesuksesan adalah penuh kenikmatan, ketenangan, dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, di dalamnya terdapat sesuatu yang mata tak dapat melihatnya, telinga tidak dapat mendengarnya, bahkan hati seseorang tak mampu menggambarkannya….
*****
Nb: ini hanya terjemahan secara bebas, yang saya tulis untuk membantu saya saat harus berdakwah di negeri saya tercinta, Indonesia. Mohon maaf untuk segala khilaf dan kesalahan.

0 comments: