Rabu, 25 Desember 2019

Menikah

Bismillahirrahmanirrahim

Pernikahan. Aku pernah mendamba pernikahan pada usia yang amat belia. Tidak peduli berapa jiwa kulangkahi. Aku pernah berharap pernikahan pada usia yang amat belia. Tidak peduli, apa kata orang tua dan orang lain nanti. Pada usia yang amat belia, aku takut zina, aku takut Allah murka, aku takut terjerumus dari perbuatan yang melukai hati ayah bunda. Pada usia belia pula, permintaanku ditolak mentah-mentah. Hehehe

Saat itu aku kepayahan menjaga diriku, tapi…. Tak ada yang tahu (: #nasib

Kakakku lelah dengan rengekku meminta izin melangkahi, gerah, menyilakan tanpa raut keberatan sedikitpun, tapi… Bundaku lebih tahu apa yang terbaik untukku. Apalagi Allah?

Maka kusibukkan hari-hariku dengan belajar dan berorganisasi, beberapa kali mengambil jadwal mengajar Al-Qur`an di suatu bank di Jakarta (gaya yes, padahal emang dulu kuliah juga di Jakarta kan jadi kos di sana, ya tinggal juga di sana).

Aku sibuk, sampai lupa tuntutanku dulu; menikah!
Sibuk luar dan dalam, jangan kau cari aku pada waktu siang di kamar kosan ku. Tidak ada! Cari aku di kelas, di masjid, (makin gaya yes…. Padahal mah rata-rata teman-teman di kampus juga gitu, kura-kura, kuliah-rapat-kuliah-rapat) hehehe

Aku syukuri segala aktivitas ini, aku tersenyum dengan ucapan bundaku dulu: bentar lagi juga kalau dia udah kuliah, lupa tuh sama nikah. Yes mom, benar sekali :’)
Sampai tiba suatu saat yang tidak akan pernah lupa, saat bundaku, menelpon dan memintaku menikah. What? Ayah dan bunda lagi kenapa ini? *batinku. Tapi waktu itu bulan Ramadhan, rasanya kurang pas untuk nge-prank *yakali ayah bunda ngeprank :P Lagi, bunda menelponku. “Sudah ada ikhwannya?” ikhwan yang mana maaak L( wkwkw ada-ada aja kisah hari itu. Dengan siapa kira-kira? Dengan sosok lelaki yang sama sekali tidak pernah kuingat, bahkan detil rupa wajahnya, kecuali mata sipit dan dada burungnya. Hanya itu yang paling berbekas dari beberapa kali perjumpaan kami yang tanpa disengaja. Oya, sama vespa dan sweater merahnya K itu rada berbekas yes, secara bukan tipe gue banget, tapi yasudin, panjang cerita sampai akhirnya…..

Tibalah hari ini, empat tahun pernikahan kita, kanda.

Lelaki, kiriman Allah atas segala doa yang dipanjatkan. Menikah dengan lelaki ini, adalah sebuah kesyukuran. Apakah ini buah kesabaran? Ya Allah, padahal sabarku tak seberapa. Apakah ini buah dari aktivitas positif yang dulu kulakukan? Ya Allah padahal dosaku jauh lebih banyak.

Namun hadiah ini, yang dari usia amat belia kuminta (baca: menikah) begitu unik, karena ianya bukan pajangan yang cukup dengan disimpan dan dipamerkan. Bukan juga perhiasaan yang nikmat namun disimpan rapat-rapat, bukan… apa lagi ya? Namun ia adalah cinta, kasih sayang, dan surga, yang kau perlu air setiap hari untuk menyiramnya, pupuk untuk menjaga kualitas dan buahnya, doa-doa untuk mengekalkan keberkahan, juga rasa syukur agar langgeng dunia akhirat.

Hei! Kanda…. Bersabarlah membimbingku yang memiliki 20.000 kata per hari bahkan lebih wkwkwk.. *maybe yes..

Teman-teman di sini ada yang mau nikah tapi belum bisa? Coba kenapa kira-kira? Nah, apapun jangan lupa TETAP ISI TIAP DETIKNYA DENGAN HAL POSITIF misal: belajar lagi, kerja, berorganisasi dll. Yang bener-bener emang bikin kita jadi gak ada waktu untuk mikirin cinta-cintaan. Apalagi cintanya belum fix yakan… hehe

Karena sejatinya, menikah perlu keimanan yang kuat. Sudahkah? sehari menikah saja masalah sudah akan ada :D tapi kalau kau punya iman yang kuat, insya Allah, Allah pasti bantu dan kuatkan. semangat! *ngomong sama diri sendiri
Allahu a’lam.