Senin, 11 Maret 2013

Ustadzah dan Majlis Ta'lim (mari, merenung bersama-1)


Bismillahirrahmanirrahim

Untuk para da'i yang masih mengemban amanah dari Allah subhanahu wa ta'ala. Maka kita semua adalah da'i sebelum menjadi sesuatu apapun. Untuk setiap jiwa yang memahami maksud Allah dalam menciptakan manusia, "untuk beribadah, menyembah kepada-Nya." Untuk setiap hati yang mengerti, tersadar, tersentuh oleh hidayah-Nya, mari menyeru manusia kepada din yang diridhai-Nya, Al-Islam.

Untuk para ustadzah yang mengemban dakwah di masjid-masjid, mengisi ruh setiap ibu-ibu baik di kota ataupun perkampungan saya ucapkan banyak terima kasih, jazaakunnallahu khairan katsir, rasanya tanpa ustadzah semua sulit saya temui ibu-ibu berjilbab di daerah saya ini, sulit saya temui ibu-ibu yang dengan ikhlas melemparkan senyumnya kepada saya yang melintasi pekarangan rumahnya, sulit saya temui ibu-ibu yang ridha anaknya tidak sekolah formal dulu demi mengejar hafalan qur'an, Allahu akbar! Ilmu dari siapa ini yang mengajarkan pada ibu-ibu bahwa alqur'an merupakan salah satu bekal akhirat yang benar-benar harus dipersiapkan demi menuju surga-Nya, Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimushshalihaat….

Ustadzah rahimakunnallah, mari kita muhasabah diri, apa kesalahan kita sehingga sulit sekali menyentuh hati para ibu di majlis ta'lim, rasanya sulit membuat mereka mendengarkan seruan kita, rasanya sulit walau dengan gamblang disebutkan dalam alquran perintah berkerudung, namun masih saja mereka enggan mengenakan kerudung. Rasanya sulit membuat mereka paham, bahwa tugas seorang ibu pada hakikatnya terdapat dikebahagiaan suaminya dan anak-anaknya. Bahwa tugas setiap  insan ini hanya untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi diri dari larangannya, rasanya sulit meminta mereka untuk menjaga lisannya dari membicarakan orang lain, rasanya, rasanya… padahal sudah sekian tahun jejak ustadzah lekat di masjid tersebut, masih saja tidak terjadi perubahan yang berarti.

duhai ustadzah, silakan tuntut mereka atas hakmu menikmati perubahan berarti dari setiap diri mereka, tuntutlah maka tuntutlah! Namun tuntutlah dalam diam, dalam do'a di setiap sujudmu, dalam do'a di setiap tertunduknya kepalamu, dalam do'a di setiap tertengadahnya kedua tanganmu, tuntutlah pada masa-masa itu.
duhai ustadzah, kita berdakwah demi Allah, maka mintalah kepada Allah balasannya, niscaya akan kita temui nikmat Allah pada diri kita yang masih istiqomah dalam iman dan islam, anugerah terindah dan terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Kau jumpai anak-anakmu terus berada dalam kesholihan, keimanan yang kian hari kian mengagumkan, kau jumpai suamimu yang rasa-rasanya setiap helaan nafasnya telah berubah menjadi dzikir-dzikir indah demi terlepas dari kelalaian diri pada Allah. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimushshaaliaat…. Duhai, betapa Allah dengan romantisnya menyimpan segala nikmat ini.

atau bahkan boleh jadi, dengan perantara dirimu, maka jumlah ibu-ibu yang berdiri di akhir malam semakin banyak, do'a cepatnya berubah menjadi rintihan, kantuk matanya berubah menjadi air mata, ucap kasarnya berubah menjadi sikap lembut tanpa kata demi menjaga diri, ghibahnya berubah menjadi tasbih indah yang mengalun tenang bersama dengan hembusan angin pagi, siang, sore dan malam. Didikan kasarnya berubah dengan bayang-bayang surga untuk anak-anaknya kelak di akhirat, penuh dengan kalimatullah, dididik dengan Alquran, wallahi sungguh indah! ucap galaknya kepada suami berubah menjadi anggukan "mendengar, dan ta'at" sudah begitu mendamba surga, satu cara yang tertanam, membuat suami ridha terhadap diri-Nya, duhai betapa indah hidupnya berkat suara lembutmu walau hanya satu pekan sekali ustadzah. Maka tetaplah istiqomah dalam dakwah ini, atau Allah pergilirkan dengan jiwa-jiwa yang lebih ikhlas dan lebih baik lagi!
Demi Allah, Ia menyukai sesuatu yang sedikit namun kontinyu, maka istiqomahlah ustadzah akan kau dapati ibu yang kemarin tidak berkerudung namun hari ini ia terlihat begitu khusyu maka tunggulah esok ia akan menjadi ibu yang namanya dirindu setiap malaikat di surga. Allahumma aamiin.

Senin, 11 Maret 2013
malam di kamar baru yang sebelumnya kamar setrika dan cuci baju, hadiah dari ayah dan bunda untuk anaknya yang baru pulang.

Kalau boleh saya katakan, tulisan ini saya buat karena pada suatu sore saya berpikir, bagaimana merubah mentee-mentee saya menjadi pribadi yang sholihah, yang istiqomah dalam beribadah, haruskah hari ini saya bawakan materi tentang surga dan neraka? Atau tentang dajjal dan kiamat? Begitu keras saya berpikir, sampai akhirnya tidak lama saya tersadar, man yahdillahu fahuwal muhtad, wa man yudhlil fala hadiyalahu… saya beristighfar, bahkan boleh jadi mereka lebih baik daripada saya sendiri. namun saya sendiri juga bingung, mengapa "majlis ta'lim" dulu yang saya tulis. Bukan "dakwah sekolah"? Allahu a'lam.
Alhaqqu min rabbina..

3 comments:

Reath says:
at: 21 Maret 2013 pukul 02.43 mengatakan...

Suka kak, setuju~ Terharu bacanya... :))

my20000ofwords says:
at: 29 Maret 2013 pukul 00.16 mengatakan...

Janan dong yg bikin ttg dakwah d ranah sekolah ;)

my20000ofwords says:
at: 29 Maret 2013 pukul 00.16 mengatakan...

Janan dong yg bikin ttg dakwah d ranah sekolah ;)