Bismillahirrahmanirrahim
Sejak 2011, tanggal 23 Juli menjadi salah satu tanggal bersejarah bagi
saya. Pasalnya, pada masa tersebut, saya meninggalkan kota kelahiran saya, yang 18 tahun lamanya saya bermain-main di
sana. Meninggalkan Ayah, bunda kakak dan adik-adik, juga…. Meninggalkan sahabat-sahabat
tercinta di sana. Walau berat rasanya, seperti lepas tanggung jawab dari
amanah-amanah di SMA, tak lagi berjuang bersama-sama, namun ini penghujung
kerjaku di sana, dan harus memulai hidup baru di sini, di negeri para nabi. Bukan
tanpa mimpi saya memilih Mesir sebagai negeri kedua. Ingat bertahun-tahun
silam, tepatnya saat saya masih duduk di bangku SMP. Kuliah di Al-Azhar
Asy-Syarif merupakan salah satu mimpiku juga, yang kurasa amat mustahil
karena saya tak memiliki latar belakang pesantren sama sekali apalagi saat
memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di SMA Negeri 2 Cibinong tercinta. Namun
SMA tersebut menjadi wasilah hidayah-Nya. Allah Akbar. Dan kini, Allah beriku
kesempatan, untuk bisa mencium wangi negeri 1000 menara ini, untuk mengambil
istifadah secerdas mungkin! Allah….
Ya, 1 tahun di sini…. Bukan tanpa usaha saya bertahan. Sayapun pernah
merasa tidak betah hidup di sini. Merasa sendiri, merasa tak bisa apa-apa
dengan ilmu-ilmu yang hampir semua termaktub dalam bahasa asing, merasa
kesal tak juga bisa menyambangi Masjid Al-Azhar, merasa malu belum juga duduk
di bangku kuliah, merasa sedih dengan kawan Indonesia yang lebih terlihat acuh
tak acuh…. Sedih betul… belum juga, dengan tersesat di jalan, pulang sendiri
saat malam, dipandang rendah oleh orang mesir, ah…. Yang lebih menyiksa rindu
makanan khas Indonesia, rindu ayah bunda keluarga dan teman-teman di sana…..
Namun seiiring berjalannya waktu, sedih sendiri kudapati nyatanya hanya
orang yang belum bisa berihsan yang merasakannya, di sini saya masih
memiliki Allah, dan akan terus memiliki-Nya, tsabbit quluubana yaa Rabb!
Tak apa sesekali menangis, untuk Engkau menghiburku Allah…
Jujur saja, ahammiyatul
'ilm, pentingnya ilmu baru saya rasakan di sini. Menjadi kerdil dengan
malas membaca buku. Memacu semangatku untuk terus belajar bahasa arab di Markaz
Nil sampai saya bisa membaca buku, membaca Koran! Terlalu bodoh orang yang
memutuskan untuk rela-rela saja tak bisa membaca buku bahasa arab. Tingkat dunia
kawan, para penulis kitab ini! Allah….
Rasa malu dengan para guru dan
kawan-kawan di Indonesia karena belum kuliah, haknya untuk dia yang terlalu
sibuk memikirkan opini orang lain terhadap dirinya. Dan kupahami, waktuku
terlalu singkat untuk sibuk memikirkan tanggapan orang lain terhadap diriku,
yang terpenting saya berjalan dengan selalu berusaha agar Allah bersedia selalu
menjadi penunjuk jalan, menjadi teman, menjadi pembimbing. Sahhil umuuranaa
yaa Rabb….
Syukuri saja apa yang kita dapati kini, kawan. Tak punya kawan
Indonesia? Tak masalah, toh ternyata kawan kita bertaraf internasional, Mesir,
Turki, Rusia, Kazakstan, Vietnam, China, Malaysia, Thailand…. Sabar saja,
syukuri…. Maka Allah akan menambahkannya sesuai kebutuhan kita. Tak lama
kujumpai pula kakak-kakak yang tanpa pamrih, sudi, menjadi kawanku,
pembimbingku dalam belajar ataupun organisasi, Alhamdulillah. Ukhuwah itu, di
manapun kita mencicipinya, akan selalu terasa indah, manis saat kita dasari
dengan niat lillahi ta'ala. Dan yang kupelajari dari kisah ini adalah,
jangan malu untuk menyapa orang lain terlebih dahulu, berikan salam dan senyum
kita, temani ia, kalau-kalau ia sedang butuhkan bantuan? Boleh jadi di sanalah surga
kita? Aamiin.
Menjadi anggota keluarga besar, 8 bersaudara tentu keramaian rumah,
menjadi salah satu yang dirindukan…. Namun
hidup saya di sini bersama kakak, kakak ipar dan keponakan tercinta terlalu
mahal harganya untuk tidak disyukuri. Lihat kawan yang lain, yang hidup di sini
ya hanya sendiri saja, bersama kawan-kawannya yang lain. Dan dalam beberapa
tahun ke depan, hal tersebut pun akan saya rasakan, insya Allah. Maka tentu
saya harus meningkatkan kesyukuran atas nikmat ini.
Ramadan karim, Allahu Akram. Walau tanpa Ayah Bunda Ceu Iffa Kak
Widya, Aa, Ceu Lina, Adam, Adil, Ayyub Ramadan saya di sini bersama Kak Aceng
Ceu Lulu dan Fatih harus tetap indah, bermakna, berharga, berkualitas! Walau tanpa
mie gelosor, walau tanpa kolangkaling namun dengan banyaknya kajian, tausiyah
asatidzah, syuyukh berbahasa arab di masjid-masjid, makan-makan ba'da tarawih
di Masjid Indonesia-Kairo, nuansa yang sangat islami ini, harus benar-benar
saya syukuri. Ayolah, belajar bersyukur, Allah tahu yang terbaik untuk kita
kawan….
Dan rindu akan selalu ada, untuk duduk kembali bersama kalian, sahabat. Menebar
manfaat merajut ukhuwah, dumtum fii hifdzhillah J
2 comments:
at: 24 Juli 2012 pukul 01.36 mengatakan...
SubhanAllah... Keren banget kak! :3
at: 31 Juli 2012 pukul 22.34 mengatakan...
mana yaa yang lebih kereen #lirik blog kamu :3
alhamdulillah dekk... moga bermanfaat ;) hehee
Posting Komentar