Senin, 23 Juli 2012

1 Tahun


Bismillahirrahmanirrahim
Sejak 2011, tanggal 23 Juli menjadi salah satu tanggal bersejarah bagi saya. Pasalnya, pada masa tersebut, saya meninggalkan kota kelahiran saya,  yang 18 tahun lamanya saya bermain-main di sana. Meninggalkan Ayah, bunda kakak dan adik-adik, juga…. Meninggalkan sahabat-sahabat tercinta di sana. Walau berat rasanya, seperti lepas tanggung jawab dari amanah-amanah di SMA, tak lagi berjuang bersama-sama, namun ini penghujung kerjaku di sana, dan harus memulai hidup baru di sini, di negeri para nabi. Bukan tanpa mimpi saya memilih Mesir sebagai negeri kedua. Ingat bertahun-tahun silam, tepatnya saat saya masih duduk di bangku SMP. Kuliah di Al-Azhar Asy-Syarif merupakan salah satu mimpiku juga, yang kurasa amat mustahil karena saya tak memiliki latar belakang pesantren sama sekali apalagi saat memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di SMA Negeri 2 Cibinong tercinta. Namun SMA tersebut menjadi wasilah hidayah-Nya. Allah Akbar. Dan kini, Allah beriku kesempatan, untuk bisa mencium wangi negeri 1000 menara ini, untuk mengambil istifadah secerdas mungkin! Allah….

Ya, 1 tahun di sini…. Bukan tanpa usaha saya bertahan. Sayapun pernah merasa tidak betah hidup di sini. Merasa sendiri, merasa tak bisa apa-apa dengan ilmu-ilmu yang hampir semua termaktub dalam bahasa asing, merasa kesal tak juga bisa menyambangi Masjid Al-Azhar, merasa malu belum juga duduk di bangku kuliah, merasa sedih dengan kawan Indonesia yang lebih terlihat acuh tak acuh…. Sedih betul… belum juga, dengan tersesat di jalan, pulang sendiri saat malam, dipandang rendah oleh orang mesir, ah…. Yang lebih menyiksa rindu makanan khas Indonesia, rindu ayah bunda keluarga dan teman-teman di sana…..

Namun seiiring berjalannya waktu, sedih sendiri kudapati nyatanya hanya orang yang belum bisa berihsan yang merasakannya, di sini saya masih memiliki Allah, dan akan terus memiliki-Nya, tsabbit quluubana yaa Rabb! Tak apa sesekali menangis, untuk Engkau menghiburku Allah… 
Jujur saja, ahammiyatul 'ilm, pentingnya ilmu baru saya rasakan di sini. Menjadi kerdil dengan malas membaca buku. Memacu semangatku untuk terus belajar bahasa arab di Markaz Nil sampai saya bisa membaca buku, membaca Koran! Terlalu bodoh orang yang memutuskan untuk rela-rela saja tak bisa membaca buku bahasa arab. Tingkat dunia kawan, para penulis kitab ini! Allah…. 
Rasa malu dengan para guru dan kawan-kawan di Indonesia karena belum kuliah, haknya untuk dia yang terlalu sibuk memikirkan opini orang lain terhadap dirinya. Dan kupahami, waktuku terlalu singkat untuk sibuk memikirkan tanggapan orang lain terhadap diriku, yang terpenting saya berjalan dengan selalu berusaha agar Allah bersedia selalu menjadi penunjuk jalan, menjadi teman, menjadi pembimbing. Sahhil umuuranaa yaa Rabb….

Syukuri saja apa yang kita dapati kini, kawan. Tak punya kawan Indonesia? Tak masalah, toh ternyata kawan kita bertaraf internasional, Mesir, Turki, Rusia, Kazakstan, Vietnam, China, Malaysia, Thailand…. Sabar saja, syukuri…. Maka Allah akan menambahkannya sesuai kebutuhan kita. Tak lama kujumpai pula kakak-kakak yang tanpa pamrih, sudi, menjadi kawanku, pembimbingku dalam belajar ataupun organisasi, Alhamdulillah. Ukhuwah itu, di manapun kita mencicipinya, akan selalu terasa indah, manis saat kita dasari dengan niat lillahi ta'ala. Dan yang kupelajari dari kisah ini adalah, jangan malu untuk menyapa orang lain terlebih dahulu, berikan salam dan senyum kita, temani ia, kalau-kalau ia sedang butuhkan bantuan? Boleh jadi di sanalah surga kita? Aamiin.

Menjadi anggota keluarga besar, 8 bersaudara tentu keramaian rumah, menjadi salah satu yang dirindukan….  Namun hidup saya di sini bersama kakak, kakak ipar dan keponakan tercinta terlalu mahal harganya untuk tidak disyukuri. Lihat kawan yang lain, yang hidup di sini ya hanya sendiri saja, bersama kawan-kawannya yang lain. Dan dalam beberapa tahun ke depan, hal tersebut pun akan saya rasakan, insya Allah. Maka tentu saya harus meningkatkan kesyukuran atas nikmat ini.

Ramadan karim, Allahu Akram. Walau tanpa Ayah Bunda Ceu Iffa Kak Widya, Aa, Ceu Lina, Adam, Adil, Ayyub Ramadan saya di sini bersama Kak Aceng Ceu Lulu dan Fatih harus tetap indah, bermakna, berharga, berkualitas! Walau tanpa mie gelosor, walau tanpa kolangkaling namun dengan banyaknya kajian, tausiyah asatidzah, syuyukh berbahasa arab di masjid-masjid, makan-makan ba'da tarawih di Masjid Indonesia-Kairo, nuansa yang sangat islami ini, harus benar-benar saya syukuri. Ayolah, belajar bersyukur, Allah tahu yang terbaik untuk kita kawan….

Dan rindu akan selalu ada, untuk duduk kembali bersama kalian, sahabat. Menebar manfaat merajut ukhuwah, dumtum fii hifdzhillah J

2 comments:

Reath says:
at: 24 Juli 2012 pukul 01.36 mengatakan...

SubhanAllah... Keren banget kak! :3

my20000ofwords says:
at: 31 Juli 2012 pukul 22.34 mengatakan...

mana yaa yang lebih kereen #lirik blog kamu :3
alhamdulillah dekk... moga bermanfaat ;) hehee