Bismillahirrahmanirrahim
Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya, bedanya aktivitas pagi benar-benar
dihabiskan di rumah, pasalnya hari ini Jum'at, dan Jum'at adalah libur! Jum'at
Mubarakah J
jangan lupa Al-kahfi dan shalawatnya diperbanyak teman. Rabbunaa yubaarik
fiikum.
Sudah menjadi tekad di hari-hari sebelumnya, untuk mengonsumsi facebook
secukupnya saja, berkomunikasi secukupnya, men-share sebanyak-banyaknya apabila
memang ada manfaat di dalamnya, Allahua'lam. Pagi ini melihat kawanku me-like
suatu gambar yang cukup menarik perhatianku. Apakah itu? ya, gambar di atas
itu.
Tanpa aba-aba, pikiranku terbang ke negeri asalku, ke kota kelahiranku,
ke kampung di mana aku dibesarkan, ke rumah yang penuh cinta itu, ke kamar sederhana
itu, kepada Ibuku tercinta. Ya, kepada Ibuku yang pengorbanannya terus mengiang
di kepalaku. Seolah bertanya-tanya, bagaimana cara ini semua bisa terjadi,
sebanyak 8 kali mengandung jundi-nya, dengan kondisi yang pasti memprihatinkan
di awal pernikahannya, melahirkan sebanyak 8 kali. Di sinilah, pertanyaan itu
banyak berkelebat. Bagaimana Bunda bisa bertahan? Bagaimana Bunda kuat menjaga
kami selama 9 bulan lebih? Bagaimana Bunda bisa berjuang pada masa sebelum dan
sesudah persalinan yang saya pahami sangatlah berat, sakit, dan tidak
tertangguhkan. Pasalnya, Juni lalu saya benar-benar menemani kakak saya sampai
masa persalinannya, dan subhanallah…. Itu mengapa, Allah menyebut nama Ibu
sebanyak 3 kali untuk menjadi orang yang paling kita hormati dan cintai setelah
Allah, Rasulullah.
Bekas jahitan setelah melahirkan, bagaimana cara Bunda buang air besar
ataupun kecil, dengan kondisi wc yang jongkok? Saat hamil besarpun? Sakit bukan?!
Bagaimana melahirkan adik saya yang terakhir tanpa ditemani Ayah? Berat bukan? Padahal
saya amat yakini dan pahami, yang lebih dibutuhkan seorang perempuan saat
persalinannya adalah bukan dokter atau sekalipun ibunya, tapi suaminya. Lagi-lagi
ini pengalaman saya yang melihat persalinan kakak saya. Banyak saya saksikan
episode di mana kakak ipar saya terus men-support kakak saya, menjaganya,
mendo'akannya, tidak tidur, mendekapnya saat kedinginan, menjaga sang bayi dan
istrinya. Hhhh…. Subhanallahi masyaAllah.
Saat kondisi berjauhan, bahkan dipisahkan oleh samudera seperti ini,
barulah saya berpikir untuk saat kembali tak ingin sekalipun menyakitinya, sepatah
katapun menolak pintanya, sedetikpun meninggalkan ia sendiri. Tak ingin! Baktiku,
adalah padanya.
Ya, Bunda yang segalanya dilakukan dengan ikhlas tanpa bayaran. Membahagiakan
Ayah dan mendidik kami, membimbing kami menjemput surga.
Pintaku, Allah…. Agar Engkau ridha terhadapnya untuk menyambutnya di
pintu surga. Demi kemuliaan dan pengorbanannya, I beg You, Allah….
1 comments:
at: 11 November 2012 pukul 09.32 mengatakan...
:")
Posting Komentar