Kamis, 13 September 2012

Ibu
















Bismillahirrahmanirrahim

Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya, bedanya aktivitas pagi benar-benar dihabiskan di rumah, pasalnya hari ini Jum'at, dan Jum'at adalah libur! Jum'at Mubarakah J jangan lupa Al-kahfi dan shalawatnya diperbanyak teman. Rabbunaa yubaarik fiikum.

Sudah menjadi tekad di hari-hari sebelumnya, untuk mengonsumsi facebook secukupnya saja, berkomunikasi secukupnya, men-share sebanyak-banyaknya apabila memang ada manfaat di dalamnya, Allahua'lam. Pagi ini melihat kawanku me-like suatu gambar yang cukup menarik perhatianku. Apakah itu? ya, gambar di atas itu.

Tanpa aba-aba, pikiranku terbang ke negeri asalku, ke kota kelahiranku, ke kampung di mana aku dibesarkan, ke rumah yang penuh cinta itu, ke kamar sederhana itu, kepada Ibuku tercinta. Ya, kepada Ibuku yang pengorbanannya terus mengiang di kepalaku. Seolah bertanya-tanya, bagaimana cara ini semua bisa terjadi, sebanyak 8 kali mengandung jundi-nya, dengan kondisi yang pasti memprihatinkan di awal pernikahannya, melahirkan sebanyak 8 kali. Di sinilah, pertanyaan itu banyak berkelebat. Bagaimana Bunda bisa bertahan? Bagaimana Bunda kuat menjaga kami selama 9 bulan lebih? Bagaimana Bunda bisa berjuang pada masa sebelum dan sesudah persalinan yang saya pahami sangatlah berat, sakit, dan tidak tertangguhkan. Pasalnya, Juni lalu saya benar-benar menemani kakak saya sampai masa persalinannya, dan subhanallah…. Itu mengapa, Allah menyebut nama Ibu sebanyak 3 kali untuk menjadi orang yang paling kita hormati dan cintai setelah Allah, Rasulullah.

Bekas jahitan setelah melahirkan, bagaimana cara Bunda buang air besar ataupun kecil, dengan kondisi wc yang jongkok? Saat hamil besarpun? Sakit bukan?! Bagaimana melahirkan adik saya yang terakhir tanpa ditemani Ayah? Berat bukan? Padahal saya amat yakini dan pahami, yang lebih dibutuhkan seorang perempuan saat persalinannya adalah bukan dokter atau sekalipun ibunya, tapi suaminya. Lagi-lagi ini pengalaman saya yang melihat persalinan kakak saya. Banyak saya saksikan episode di mana kakak ipar saya terus men-support kakak saya, menjaganya, mendo'akannya, tidak tidur, mendekapnya saat kedinginan, menjaga sang bayi dan istrinya. Hhhh…. Subhanallahi masyaAllah.

Saat kondisi berjauhan, bahkan dipisahkan oleh samudera seperti ini, barulah saya berpikir untuk saat kembali tak ingin sekalipun menyakitinya, sepatah katapun menolak pintanya, sedetikpun meninggalkan ia sendiri. Tak ingin! Baktiku, adalah padanya.

Ya, Bunda yang segalanya dilakukan dengan ikhlas tanpa bayaran. Membahagiakan Ayah dan mendidik kami, membimbing kami menjemput surga.

Pintaku, Allah…. Agar Engkau ridha terhadapnya untuk menyambutnya di pintu surga. Demi kemuliaan dan pengorbanannya, I beg You, Allah….

1 comments:

PN says:
at: 11 November 2012 pukul 09.32 mengatakan...

:")