Minggu, 16 Desember 2012

Masalah yang Itu-Itu Saja!

Bismillahirrahmanirrahim

Malam Dokki, Mesir. Cukup membuat saya merubah posisi kasur, jauh-jauh dari jendela, melapisinya dengan selimut yang lebih tebal. Dingin! 14 derajat celcius bagiku sudah cukup dingin. tebal baju yang dikenakan, kaos kaki, syal. Ah! Bagaimana dengan impian pergi ke Turki? Jepang? Jerman? belasan di bawah nol! (But rather than that please pray for me and all muslims around the world for performing hajj and visiting Al-Quds Yaa Rabb!) Bukan soal dingin ini sebenarnya. Pada blog yang sederhana, yang baru saja saya ganti temanya, saya hanya ingin berkisah, tentang pikiran yang belakangan tak ada bosannya melintas dalam benak.

"Allah, kenapa ini lagi?" tanyaku lirih pada Allah. Ya, saya mempertanyakan ujian yang datang kepada saya, sebabnya? Ujiannya sama! Selalu sama! Rasanya bosan dan muak. "Allah, kenapa ini lagiiii?" debat saya tidak terima. Alhamdulillah, itu hanya pertanyaan dalam benak, yang takku lontarkan takut-takut malaikat Atid mencatatnya.

Kira-kira begitu gambaran bimbang hati saya. Acap kali mempertanyakan maksud cobaan yang datang dengan bentuk yang sama. Seolah tidak terima saya hanya bisa termenung. Tentu manalah berani saya membangkang terhadap Allah, tidak akan pernah berani! Pada setiap kesukaran yang datang, atau 'hadiah' yang Allah beri namun tak sesuai kehendak hati diri, ayatnya akan saya lantunkan berulang kali, "boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal itu buruk bagimu." "Padahal ini baik bagimu, padahal ini baik bagimu, Wallahu ya'lamu, sesungguhnya Allah tahu, wa antum laa ta'lamun, dan kamu tidak mengetahui!" hibur saya bimbang pada diri. Ya, manusia atau sebut sajalah, diri saya, sekalipun kampung akhirat itu adalah haq, sesuatu yang benar namun belum juga mampu mengalihkan kecintaan diri saya pada dunia ini. Ah? A'udzubillah!

Kembali pada ujian yang sama, yang Allah berikan pada saya. Alhamdulillah. Setelah saya dan kakak saya membahas kaidah dakwah yang ke 8, hati saya benar-benar tersentil keras-keras, disebutkan di sana salah satu fungsi cobaan, "untuk mengungkapkan, unsur-unsur yang kuat dan yang sholih." Pahami kawan, cobaan Allah beri untuk menghasilkan manusia yang benar-benar kuat! Benar-benar sholih! Ya Rabbi. Apalah saya baru cobaan begini saja sudah mengeluh? apalagi cobaan selalu itu dan itu.

Ujian yang sama, setelah merenung cukup lama sambil melantunkan ayat Alqur'an di serambi Azhar, agaknya saya paham mengapa Allah memberikan ujian ini lagi, rupanya saya memang belum lulus pada ujian sebelumnya, tentu guru yang baik itu saat memberikan kesempatan muridnya untuk meraih nilai yang lebih baik, (saya merupakan korban remedial pada hampir setiap pelajaran eksak, dan di sini, saya meminta maaf kepada bapak dan ibu guru, banyak merepotkan dan tidak bisa menyenangkan hati bapak ibu sekalian, tapi saya sudah bertaubat Bu, Pak insya Allah) bedanya, nilai karena remedial itu tentu tidak bisa lebih dari KKM (standar rata-rata kelasnya) sedang penilaian Allah? Ah bayangkan keindahan itu, maka ganjaran-Nya tentulah lebih indah!
Boleh jadi Allah meminta saya untuk melakukan upaya yang lebih tegas, lebih benar, lebih baik, lebih tepat tentunya. Dikasih kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki kesalahan saat memutuskan jalan keluar pada ujian sebelumnya, bukankah hal yang bagus? Ya, bagi orang-orang yang mengerti, indahnya mencari jalan keluar atas suatu ujian, berdasarkan pilihan Allah, berdasarkan kecintaan Allah, berdasarkan keridhaan Allah.

Jika ada di antara teman-teman semua merasakan hal yang sama maka ayo sama-sama merenungi maksud Allah di balik semua ini, jangan mengerdilkan masalah tersebut "ya ampun ini lagi!" atau jangan juga menafikkan keberadaannya, "Kenapa sih ini lagi? Tau ah!" dan memang tidak akan pernah bisa, suka tidak suka ia ada kabur tidak kabur, ia ada. Mari sama-sama tenangkan diri, berpikir dengan hati apa yang Allah mau, apa yang Allah kehendaki. Sulitnya masalah ini ditambah kehadirannya yang lagi dan lagi tanpa bosan, seringkali mendesak pelupuk mata kita berkaca-kaca, biarlah.... Kapan lagi kita menangis sembunyi-sembunyi hanya berdua saja dengan Allah, kalau bukan karena ujian yang Ia beri.

Manusia, atau sebut saja lagi, saya masih condong terhadap dunia, hatinya belum terpaut pada kehidupan akhirat, tangan-tangannya belum kuat membangun tempat di sisi-Nya. Namun jika tidak dimulai dan dicoba dari sekarang, kapan lagi? Ingat Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya, t i d a k akan pernah! Kecuali jika diri sendiri yang memilihnya, namun tentu konteksnya berbeda, Allah tidak meninggalkan, tapi ditinggalkan. (*tarik nafas* bisa-bisanya manusia meninggalkan Allah, pengendali segala kendali)

Faghfirlanaa, warhamna yaa Rabb!

mari selesaikan masalah kita dengan lebih cerdas!

Allahu a'la wa a'lam bishshawab....

0 comments: