Minggu, 28 April 2013

Antara Kesiapan Diri dan Amanah

Bismillahirrahmanirrahim

Kendatipun ianya belumlah baligh, namun telah mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Bolehkah mangkir? Silakan, dosa belum lagi ditanggung sendiri.

Sama Kisahnya saat kata "amanah" untuk pertama kalinya menjadi amat tidak biasa, sungguh luar biasa..

Namun tidakkah ingin berpikir lebih dewasa? Ketika Allah menakdirkan kita untuk tampak dewasa daripada yang lain, tandanya Ia menghendaki kita untuk bisa berbuat lebih banyak, berfikir lebih matang dan menjadi solusi atas segala qadhaya yang ada. Jangan kita kerdilkan kedewasaan kita dengan mengatakan "aku belum siap" apalah lagi yang dibutuhkan saat tanganmu sudah mampu memilah milih, hatimu sudah lebih kuat untuk merasa solih. Ya sudah, jangan kita hempas mentah-mentah amanah yang menghampiri hanya dengan satu kata itu, "kesiapan" kalau begitu sampai kapan kau tidak akan siap? Dan kapan kau akan siap.

Atau.... Diri kita merasa hebat saat tertepuklah pundak untuk sebuah amanah? Ha, silakan berpura-pura tidak siap. Namun kawan, dakwah tidak akan pernah membutuhkan takbir kita untuk menyemangatinya apalagi tangan kita untuk membantunya. Ada ataupun tiadanya kita dalam dakwah, ia akan tetap berjalan. Pengembannya tentulah orang-orang yang sadar, bersegera dalam menolong agama-Nya menyebarkan risalah-Nya. Kapan lagi kalau bukan sekarang? Namun Allah tak pernah butuh sujud kita. Cukuplah Ia yang tidak pernah lupa memberikan nafas barang satu detikpun, ridha melekatkan Iman Islam-Nya pada jiwa-jiwa yang terlampau lemah ini.

Dulu pun aku begitu, sebelum akhirnya tertampar sana sini oleh mereka yang lebih alim dan ketidakseriusan diri sendiri. Ini bukan amanah biasa, sadarilah....

Duhai adinda, tak pernah kusangka kau berada dalam barisan ini. Maka tegakkan badanmu,  kuatkanlah langkahmu, lihat sekitarmu, kalau bukan kamu, siapa lagi? Padahal sudah jelas kita adalah pendamba ridha-Nya.
Doamu jualah yang kami nantikan selalu untuk keistiqomahan kami. Bolehlah kami lebih lama menapaki jalan ini, namun yang lebih mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Ikhlas, sabar, gali pengetahuan, basahi lisan dengan hafalan qur'an.
Bukan untuk apa kita berseru, kecuali untuk merapatkan diri ke barisan kekasih-Nya, Rasulullah saw, menguatkan langkah membuka jalan menuju keridhaan Allah. Allahu ahad.
...

Uhibbukunna fillah!

Dibuat dengan penuh cinta, untuk adinda di SMA tercinta. Selamat menempuh tugas baru, sebagai pengemban amanah dari yang ter-CINTA.

2 comments:

PN says:
at: 12 Mei 2013 pukul 18.21 mengatakan...

:') insyaAllah

my20000ofwords says:
at: 13 Mei 2013 pukul 03.42 mengatakan...

Barakallahu fiik Ukhti ;)