Selasa, 25 Juni 2013

Bulan

Bismillahirrahmanirrahim,

Malam, dua hari yang lalu.
Duhai bulan, di manakah engkau gerangan? Banyak jiwa yang membicarakanmu, sudikah kiranya kupandang sebentar saja?

Tak perlu sulit kucari, ianya tepat berada pada sisi langit yang amat benderang itu. Bismillahi masya Allah! Pada renungannya hatiku dibuat takjub bukan main. Allah begitu hebat menciptakan bulan yang menjadi penerang gulitanya malam, tak hanya itu bulan benar-benar menjadi pembimbing para musafir menelusuri malam penunjuk arah tempat tujuan. Engkau ciptakan bulan dengan amat sempurna, Allah.
Bulan, tak hanya malam itu kau membuatku terpaku atas segala tanda-Nya. Malulah rasanya dihadapan Allah, yakin bahwa Allah maha besar, maha pencipta, maha segala-galanya! Tapi jiwa diri tak mampu mengecap makna kebesaran-Nya. Astaghfirullah. Ini Allah, tanda-Mu dari bulan-Mu yang padahal tak lebih sempurna dari ciptaan-Mu yang ini, diriku sendiri. pada dua pagi yang sudah terlewati, rasanya kau tak hentinya menemani perenunganku, bulan. Dua pagi sudah, kau sudi temani saya menghirup udara segar dari tetumbuhan yang ada, melatih kaki untuk senantiasa kuat berjalan, memanjakan diri dengan memberikan haknya yang tak diragukan, olahraga. Ya, dua kali juga saya memandangmu dengan penuh senyuman. Rasanya kau menyapa, "Haai" kemudian saya mendongak, "eh?" wah ternyata dirimu, "Haloo" dengan senyum merekah mewah. Sudah dua kali begitu, bulan. Indah bukan main. Namun pada senyum yang kedua, kuiringi pilu yang tiba-tiba menerjang, maaf. Saat kupandang dirimu sudah tak sesempurna kemarin malam, terlalu naïf juga saya bilang tak sesempurna, sebabnya? Memang begitu keadaanmu, yang pada suatu masa kau tampil dengan begitu mempesona, pada masa lain kau tampil dengan separuh tubuhmu yang bahkan lebih indah dari senyuman kami, dan pada masa yang lain, kau harus tampil seperti sebagian tubuhmu hilang, namun hebatnya seorang engkau, bulan kau tetap maksimal memfungsikan dirimu, tetap menjadi teman malam mereka yang penat dengan kehidupan di dalam, tetap menjadi cahaya bagi para musafir, ya kau memang begitu, selalu taat tak pernah berbalik arah, saya yang  jauh amat sangat lebih sempurna darimu mengapa tak mampu untuk senantiasa taat ya? Jawabnya mungkin ada pada akhlak setiap jiwa, yang dipilihnya berdasarkan nafsu yang masing-masing manjakan, nafsu yang solih atau sebaliknya?


Bulan, terimakasih untuk muhasabahnya pada tiga hari terakhir ini, kian cinta pada Rabb kita semata, Allah.

0 comments: