Senin, 21 Februari 2011

Jika Segalanya Adalah Allah


Bismillahirrahmanirrahim

Siapa yang tidak bahagia, Allah anugerahi sahabat yang senantiasa mengingatkan kita pada dosa-dosa kita, membuat kita menyesal telah bermaksiat, malu rasanya. rendah di hadapannya, apalagi di hadapan Allah.. sahabat yang senantiasa mengingatkan saya pada cinta yang 1, yang kekal abadi. Allah, azza wa jalla.


salah satu kisahnya yang melekat pada hati dan pikiranku...

ada seorang wanita, yang sudah menikah cukup lama dengan seorang lelaki.
wanita ini, adalah wanita yang shalihah, pekerja keras, rela berkorban untuk siapa saja, yang ia cintai.
dari pagi hingga sore hari, si wanita berada di luar rumah, untuk mencari nafkah, demi memenuhi kebutuhan suami dan dirinya. ternyata suaminya adalah seorang yang pengangguran.
begitu setiap hari, bertahun-tahun, si istri bekerja dari pagi hingga sore hari, sepulang kerja menyiapkan makanan untuk suami, dengan segenap rasa keberbaktian kepada suami dan penghormatan yang tinggi. ia berikan seluruh jiwa dan raganya, bahkan hartanya, lelahnya, waktunya, kesehatannya, untuk sang suami. untuk berbakti kepada laki-laki yang pada telapak kakinya itulah letak surganya.
suatu hari, saat sang istri telah melangkahkan kaki menjauh dari rumahnya untuk berangkat kerja, ia teringat ada sesuatu yang tertinggal di rumah.
dengan lekas, ia memutar arah kakinya kembali ke rumah.
tahukah, sahabat? apa yang ia lihat di depan rumahnya?
sesuatu yang membuat hatinya bergemuruh. lehernya tercekak, mulutnya ternganga, linangan air matanya tertahan di kedua bola matanya, kaki yang bergemetar, diri yang terpaku kaku tak mampu bergerak, saat ia lihat di depan rumahnya, ada sepasang sandal wanita! padahal ia yakin bahwa di rumah itu seharusnya hanya ada suaminya saja. hanya ada suaminya, yang selama ini ia baktikan dirinya kepadanya.


maka sekarang yang jadi pertanyaan, apa yang akan sahabat lakukan, jika sahabat berada di posisi wanita itu?

akan cukup dengan menangis saja? atau melampiaskan segenap amarah? minta cerai? atau membunuh sang suami yang sudah mengkhianatinya? atau, lebih kejam lagi.. pasti banyak pilihan yang bisa dilakukan..


namun sekarang saya balik, bagaimana.. saat yang menjadi WANITA itu adalah ALLAH, dan yang menjadi SUAMI pengkhianat itu adalah KITA?!?!
betapa Allah sudah mencurahkan segenap rizkinya kepada kita, kebarakahan hidup, kelapangan, nikmat sehat, Allah beri kita ilmu, Allah beri kita nikmat untuk bisa tetap hidup, dengan tiada cacat satupun pada anggota tubuh kita, Allah muliakan kita ketimbang makhluk ciptaan-Nya yang lain, Allah janjikan tiada akan pernah memberikan kita ujian di luar kesanggupan kita.. Allah, Allah yang menganugerahi kita kedua orang tua yang lengkap, dengan cinta dan kasih sayang..
selama belasan, bahkan puluhan tahun kita hidup di dunia ini..


namun dengan mudahnya, kita lupakan Allah
dengan angkuhnya, kita enggan untuk bersyukur
dengan bodohnya, kita anggap uang yang kita dapat adalah dari orang tua kita, kita sekolah untuk mendapatkan universitas terbaik, kita kuliah untuk mendapatkan pekerjaan, kita bekerja untuk mapan agar mendapatkan jodoh yang mapan juga..
lalu, YANG MANA YANG UNTUK ALLAH????
bahkan shaum kita, kita niatkan untuk sehat,
shalat kita, kita niatkan untuk menggugurkan kewajiban..
maka kapan, KITA DAHULUKAN ALLAH, DI ATAS KEBUTUHAN KITA, DI ATAS SEGALA-GALANYA...???

La ilaha illa anta, Ya Allah.... Subhanaka inni kuntu minadzholimin..

0 comments: