Minggu, 20 Mei 2012

Untuk Sang Mentari di-19-nya


Bismillahirrahmanirrahim
Air yang membawaku berhenti di kecipak kaki-kaki kecilmu. Menahan pandanganku dari wujud keberadaanmu. Memutar otakku tentang kecerdasaan dalam dirimu. Mengubah diriku di hadapan shalihnya sosokmu. Bukan dengan gila aku memuji seorang kamu,

Namun masyaAllah, subhanallah…..

Entah, apakah bintang mampu menggambarkan benderangnya dirimu, saat yang lain ditutupi kegelapan. Sekalipun kau bukanlah bintang, karena ketawadhuanmu yang menguncup meski harus memberikan wangi surga.

Bagai bunga-bunga matahari yang begitu percaya diri menatap mentari, senyumnya yang menampakkan ketegaraan itu terasa sangat menyentuh hati. Ya, seperti dirimu. Tak melihat seberapa besar badai yang datang menerjang, kalaulah memang jalannya ke sana, seorang kamu akan tampak tegar berdiri melawan badai. Tak mampu lagi mengungkapkan, bagaimana ketegaran dan kesabaranmu.

Sisa umurmu dalam malam, tak menghentikan semangatmu tuk qiyam, dzikir khusyumu, permohonan panjangmu, tangismu menyambung hari dengan fajar yang begitu indah. Bisingnya kehidupan tak menghentikanmu untuk sebentar saja bertasyahud di waktu dhuha. Mengistirahatkan diri dari perjuangan dalam sujud dzuhur-Nya, berashar ria dengan harapan penuh masih memiliki kekuatan untuk tersenyum di kepulangan. Diundang kembali dalam maghrib-Nya, boleh jadi Dia mencintai sambutanmu. Sejenak berisya sebelum akhirnya matamu tertutup, namun hatimu tetap bergerak, berdzikir, khusyu mengingat-Nya...

19 tahun sudah umurmu kini, ukhti
Kalau boleh aku egois, teruslah di sini bersama kami menjadi inspirasi
Namun Allah lebih mengetahui kapan sisa senyummu untuk yang terakhir itu
maafkan segala khilaf diri, dahulu dan esok, sengaja dan tidak, maaf.
Jasad boleh tak berjumpa, namun biarlah angin fajar ini membawa bisikkan hatiku yang terucap lirih untukmu;
Barakallahu fii 'umrik wa hayaatik. Kullu 'aam wa anti thayyibah J
salam rinduku, untukmu selalu. Jumpa esok, kawan! insyaAllah J

Ayah bahagia di sana, tersenyum melihat anaknya yang mulai mampu berdiri tegar walau sendiri
ibu bahagia di sini, tersenyum melihat anaknya yang tanpa pamrih mengabdi demi dirinya, negerinya dan agamanya.

Rabbunaa yusahhil umuurak yaa ukhti al mahbuubah..
sauqaabiluki qariiban, insyaAllah.

0 comments: