Benarkah kalimat di atas? Tentu, insyaAllah. Kalau bicara keinginan
semua orang memiliki keinginan yang diinginkan berlandaskan kebahagiaan,
kesenangaan, kesukaan, keindahan. Boleh dikatakan keinginan merupakan hal yang
paling mendasar pada sebuah kenyataan. Berusaha keras, banting tulang, merengek
sejadi-jadinya, kalau takdirnya bukan untuk memiliki ya tidak akan pernah
memilikinya.
Begitupun adanya dengan sebuah harapan. Selalu berharap yang terindah,
demi sebuah kebahagiaan. Berharap memang terkesan lebih rahasia. Lebih tinggi. Namun
harapan ya tetaplah harapan. Sesuatu yang kita harapkan. Sehebat apapun berdoa,
sekuat apapun berikhtiar kalau harapan diri ternyata bertepuk sebelah tangan
dengan takdir-Nya, ya tak akan kita gapai apa yang kita harapkan.
Namun agaknya hukum Allah itu berbeda. Keinginan yang kita mau, harapan
yang kita panjatkan, usaha yang kita lancarkan dengan konsisten, doa yang tak
pernah putus, tak akan pernah dan tidak mungkin akan berbalas kesengsaraan,
kesedihan sekalipun kekecewaan. Allah terlalu baik kepada hamba-Nya yang
terkadang congak, angkuh, pesimis.
Adakah pernah kita menginginkan sesuatu atau, berharap banyak
terhadapnya kemudian kita dapati tidak satupun ingin kita, harap kita, berhasil
kita dapatkan? Hmm, ya. Namun adakah setelahnya kesedihan yang berkepanjangan? Kesengsaraan
yang tiada henti? Kekecawaan yang membuat diri kita mati statis? Jawabnya,
tidak. Tentu! Bagi mereka yang paham, bahwa Allah pasti tahu yang terbaik. Itulah
mengapa, terkadang mau kita tak sejalan dengan takdir yang Allah tentukan.
Allah beri apa yang kita mau, jikalah memang itu baik untuk kita. Allah
tunda waktu pengabulan mau kita, harap kita jika memang bukan hari ini waktu
yang tepatnya, sabarlah sedikit. Namun Allah tak juga memberi apa yang kita
inginkan, sekalipun usaha dan doa sudah dilakukan! Tapi lihatlah jauh ke depan
sana, kawan…. Ternyata Allah ganti harapan kita, keinginan kita dengan sesuatu
yang lebih lebih jauh lebih indah dari keinginan dan harapan kita sebelumnya.
Allah…. bersabar dan bersyukur kuncinya, kawan.
Tak ada yang melarang kita untuk menangis, maka menangislah. Atas usaha,
kerja keras dan doa yang dipanjatkan namun belum juga berbuahkan hasil. Menangislah,
untuk melembutkan hati kita, keras pikiran kita, bukan justru sebaliknya. Allah
yang maha pemurah, tak akan membiarkan kita berada dalam kesendirian yang
memilukan.
Tak ada yang melarang kita untuk mengeluh, maka mengeluhlah, jika
keluhan itu mampu meringankan beban pikiran dan diri. Namun mengeluh kepada
Allah. karena manusia lain, tak memiliki cukup tempat untuk menampung masalah
orang lain. Sedang Allah yang maha kaya, memang dipersembahkannya untuk kita,
tempat di sisi-Nya… Yaa Rabb….
Jika memang tak kuat lagi untuk berjalan, sebentar saja jatuhkan diri
kita. Isyarat kepada Allah, untuk menuntun kita, memapah, berjalan kembali.
Allah…. kalau bukan karena kami tahu bahwa hanya di surga kami bisa
berjumpa dengan-Mu tak akan kami mau belajar untuk ikhlas. Menuntut, menuntut,
menuntut. Namun karena kami sadar yaa Allah bahwa pintu surga sedang terbuka
dengan indah di depan sana, menunggu langkah-langkah kecil kami melewatinya,
maka Allah istiqamahkanlah kami, kuatkanlah kami, bimbinglah kami, jagalah
kami, tegurlah kami dengan lembut yaa Allah, dan tunggulah kami Allah, di
rumah-Mu yang agung.
Nasytaqqu ilayka yaa Rabb…
0 comments:
Posting Komentar