Jumat, 01 Juni 2012

Rindu Untuk Suriah


Hatiku menggebu. Ingin segera beranjak dari kursi, entah berbuat apa yang jelas ingin bertindak. Ustadzah dengan suara parau mengisahkan kepada kami tentang kekejaman Bashar Assad dan para tentaranya, terhadap para mujahid suriah. Tidak hanya para pemuda, bahkan kakek tua, bahkan wanita bahkan anak-anak. Astaghfirullah. “du’aa, du’aa yaa banaat” kalaulah tak ingat ia sedang di dalam kelas mungkin ia sudah menangis. Astaghfirullah. Hatiku tersayat, pilu. Ingin aku mengutuk dengan bahasa kutukan yang paling tinggi. Bukan hanya karena aku muslim maka aku bersedih, ini juga tentang peri kemanusiaan, hak-hak setiap orang bahkan wanita dan anak-anak. Aku bukan hendak mengemis kasih pada kalian tangan-tangan syaithan, toh Allah maha besar, maha bisa melakukan apa yang Allah mau. Aku bosan bertanya, untuk apa semua kau porak porandakan? Tidakkah kau bersedih melihat seorang ibu yang hampir habis air matanya, menangisi satu persatu jundiynya yang terbunuh di tangan-tangan kalian? Anak-anak mereka adalah harapan mereka, regenerasi mereka yang disiapkan dengan kekuatan doa. Kau patahkan harapan mereka? Kau buang bayang-bayang kesuksesan mereka di pundak anak-anaknya? Sayangnya sang ibunda pun mengerti, jundiynya telah menjadi syuhada, bahagia bersama Allah dan para bidadari surga. Tidak bersedihkah hati-hati kalian, saat melihat anak-anak berlarian sambil menangis kencang, menghindar dari hantaman rudal-rudal? Ataukah justru kalian tertawa terbahak-bahak seolah kalian sedang menonton sebuah film di layar kaca? Allah dan malaikat-Nya pun mengawasi segala kebodohanmu.
Duhai, wanita-wanita itu, anak-anak itu, para mujahid seluruhnya terlalu suci untuk mendengarkan segala perintahmu. Terlalu dirindukan oleh tuhannya. Allah amat menyayangi mereka, untuk harus berlama-lama hidup di dunia yang fana. Bunuh saja seluruhnya, bagaimana? Sampai tak ada tempat lagi di surga untukmu karena sudah dipenuhi oleh para syuhada yang tempo hari kau bunuh.
Aku memang bukan siapa-siapa, yang hanya bisa menyaksikan permainan bodohmu dari layar computer. Mana bisa aku tertawa apalagi tersenyum ikhlas kalaulah tidak aku mengingat semua-semua yang kau bunuh itu telah direngkuh syahdu oleh para malaikat dan dibawa keharibaan-Nya. Aku iri. Aku menangis, aku ingin, aku merindu, aku juga mau, Allah. Ya apalah artinya sebuah aku? Yang kerja masih terpaut dengan dunia. Namun aku menangis saat melihat kau memaksa para mujahid bersaksi atas namamu, kemudian kau penggal kepalanya, atau kau kubur hidup-hidup, kau kubur dengan cara tidak layak,kau tembakkan peluru-peluru kearah mana saja yang kau suka, ibu-ibu merangkul anak-anaknya menjadikan punggung sebagai pelindung bagi mereka, sahabat menarik sahabatnya yang lain, melindungi, menguatkan diri dengan nama Allah, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar” namun adakah wargamu gentar ya basya? Ckckck…. Wangi surga sudah begitu pekat, untuk apa menangisi nasib mati di tangan kotormu? Justru memang sejak lama mereka merindukan surga. Mereka paham, tak ada tempat selain surga demi berjumpa dengan Allah, tuhannya semata. Bersaksi atas namamu agar tidak mati, alias agar tidak berjumpa dengan Allah? Ckck, hanya kau dan tentaramu yang mau.
Aku memang bukan siapa-siapa. Namun aku menangis, iri dengan wargamu yang begitu berani mati. Agaknya motto hidup mereka tak hanya bahagia, atau sukses. Atau kebahagiaan dan kesuksesan mereka ada di dalam hidup dengan terhormat atau mati menjadi syuhada.
Dan aku pun bertanya, adakah aku siap untuk menjadi salah satu di antara sekian banyak syuhada yang sudah dipeluk Allah dengan halus? Duhai Allah, iri betul hamba. Bolehkah meminta tempat walau hanya untuk mengaitkan kelingkingku pada pelukan-Mu itu yaa Rabb? Atau kutitipkan ayah dan bundaku bersama para syuhada? Juga kakak dan adikku? Guru dan sahabatku? Semua orang yang aku cinta? Allah….. surga-Mu begitu mahal, namun kutahu Engkau maha pemurah…..

maafkan aku, teman yang lalai untuk mendoakanmu. astaghfirullah....
kalaulah boleh, berjumpa kelak di surga? ingat namaku sahabat, Isma, Isma Muhsonah Sunman.

berjuang, sampai Allah ridha.








darahnya telah dibersihkan oleh para malaikatkah? indah betul yaa Rabb.... pantas senyumnya merekah.....

0 comments: