Sabtu, 01 September 2012

Nawwir quluubana, Ya Rabb!


Bismillahirrahmanirrahim

Bukan dengan pedang lalu berperang menjadi jihad yang paling berang, bukan. Namun dengan kecerdasan, keikhlasan, kesabaran dan ilmu yang dimiliki mengendalikan diri mematikan titik nafsu  yang menjerat. Dengan itu. menjadi jihad yang paling berat, jihad yang paling sulit, jihad yang paling ingin ditinggalkan, jihad yang membuat manusia-manusia payah mencari pembenaran atas lakunya, bukan kebeneran yang sesungguhnya. Lucu bukan? Pahamilah, tak akan pernah kita Berjaya jika begitu caranya. Tak usah iri dengan orang yang setiap hari gembira, ceria. Kita pun bisa seperti itu, tanpa syarat sulit lagi banyak. Cukup dengan, ikuti hawa nafsu kita saja, ceria, bahagia, gemberi, senang-senang adalah sebuah keniscayaan. Namun begitukah ciri ummat Rasulullah SAW? Begitukah laku seseorang yang merindu surga?

Tentu bukan, kita terseok menjaga diri dari hawa nafsu yang begitu memberatkan kita, tak mengapa, toh tertatihnya kita menghantarkan kita pada surga-Nya, apa yang kita ragukan? Resapilah, mengapa jihad ini menjadi jihad yang paling besar, salah-salah kita bisa membunuh diri kita sendiri. namun jihad kita ini dengan kecerdasan, dengan ilmu, dengan keikhlasan! Kita pasti lebih sering menalan pil pahit hidup yang banyak cobaan, biarkan teman... Hawa nafsu tak akan membawa kesengsaraan itu berarti kita sedang belajar untuk hidup jauh dari hawa nafsu yang menjerusmuskan diri sendiri pada jurang kehinaan, biar berat bersabarlah!

Mencari cara jitu mengendalikan diri, emosi, hasrat, prasangka… sulit! Ya, amatlah sulit, tanpa keikhlasan, tanpa kesabaran, tanpa ilmu. Ikhlaskan melihat teman kita berbahagia, bersabarlah biarlah Allah yang membahagiakan kita dengan sabar dan ikhlas kita. Menjaga diri dari emosional dan hasrat yang tak terkendali, bersabarlah sebelum kelak kita menyesal dan sulit mengembalikannya kepada keadaan 'baik-baik' saja. Allah maha pemaaf, kita beristighfar Allah langsung mengampuni. Namun bagaimana dengan hati manusia yang tersakiti? Ha, itulah dia. Manusia dengan segala keangkuhannya.

Jangan banyak bergerak tanpa tujuan yang jelas teman, air saja cerdas Allah ajarkan bergerak dengan arah. Menabrak batu, mengikisnya lepas, mengalir lagi sampai ke muaranya. Air teman, air! dengan arah, dengan maksud, membawa gundukan sampah dari kali-kali di sekitar. Bergeraklah, saat memang kita bisa menebar manfaat dengan gerak kita. Inti kerja adalah berpikir terlebih dahulu. Cukupkah dengan berpikir saja? Cukup, dengan syarat kita yakin Allah mengilhami kita caranya, jalannya. Kalau begitu, berusahalah agar Allah senantiasa memberikan kita petunjuk-Nya. Bawalah segenggam manfaat, bergeraklah!

Entahlah teman, rasanya hidup saya masih belum bisa menghamba secara baik kepada Allah. baik saja belum, apalagi benar? Ihdinashshiraathal mustaqiim, yaa Rabb! Aamiin….

2 comments:

PN says:
at: 1 September 2012 pukul 18.33 mengatakan...

MasyaAllah kak Isma :) so nice, jempoljempoljempoljempol! :D
izin share ya ;)

my20000ofwords says:
at: 2 September 2012 pukul 05.20 mengatakan...

moga manfaat ya dek, barakallahu fiikum :)