Kamis, 17 Januari 2013

Allah Membiarkanku


Bismillahirrahmanirrahim

Aku pernah merasakan masa kesendirian yang begitu menghimpit jiwa, hati terasa begitu sempit tak memiliki ruang walau hanya kisi-kisi saja. Aku pernah merasakan kesakitan yang menusuk jiwa, mata tak lagi mengenal lelah akan derai air mata sebab mulut tak lagi mampu berbicara. Apalah artinya gerak tubuh jika otak saja enggan berpikir selain kesedihan. Aku pernah merasakan kesulitan yang kuyakini masa tersulit yang pernah aku rasa. Ingin kugapai telapak tangan Ayah dan Bunda, ingin kupeluk erat tubuh hangat mereka namun jiwa menolaknya dalam-dalam, tak akan bahagia kalau aku senang namun justru mereka bersedih. Kutahan seluruh gejolak, kusatukan dalam hati, kupendam, lepas bersama derai air mata. Tentu tak akan berakhir, jelas sebab itu bukanlah solusi nyata.

Namun percayakah, dalam kondisi yang begitu, aku percaya Allah menyaksikanku melihat linang air mataku, melihat air mukaku yang sangat tidak bersahabat. Aku percaya, Allah melihatku! Dialog apalah ini kusebut, namun rasanya Allah memberiku masa untuk menghayati kesedihan ini, menghayati kesakitan dan kesulitan ini. Penghayatan yang bahkan kian hari kian menyiksa. Namun aku percaya, Allah membiarkanku.  Allah memberiku waktu. Kesadaran, atas sadarnya diri bahwa Allah menyaksikan kondisiku namun Ia membiarkanku, membuat aku tersadar, bahwa Allah tahu aku lelah, Allah berikan aku waktu untuk istirahat. Allah tahu aku sedih, memberikan aku waktu untuk menangis, Allah tahu aku kesal memberikanku waktu untuk diam seribu bahasa, Allah tahu aku bosan, memberikanku waktu untuk merubah segalanya, terubahlah segalanya, diam bergeming, kering tak menyuburkan, perih tak terobatkan.

Tak lagi ingin aku buat Allah menyaksikan laku burukku, tak lagi aku ingin membiarkan Malaikat Atid semakin piawai memainkan penanya dalam kitab akhiratku, tak ingin! Air wudhu terasa begitu menentramkan, Alqur'an terasa begitu menguatkan, kalam-Nya? Aduhai begitu menenangkan hati. Allah, terimakasih untuk tidak memaksaku. Terimakasih untuk selalu memberikanku waktu, terimakasih untuk selalu memberikanku petunjuk-Mu. 

2 comments:

Umar Vrathdar says:
at: 18 Januari 2013 pukul 04.07 mengatakan...

hohoho, tu tndany mulai dewasa 'dkit' ma :v

my20000ofwords says:
at: 18 Januari 2013 pukul 13.35 mengatakan...

udah ada kata 'mulai' terus ada 'dikit'nya iniloh.. nyinggung banget :p
heheh..
kemana aja ka umar? sehat ya?