Jumat, 13 Desember 2013

Wa Syitaa`

Bismillahirrahmanirrahim

Kawan-kawan masisir di status facebooknya banyak yang bercerita tentang kedahsyatan dingin tahun ini. saya penasaran, sedingin apa? Memang dari dua musim dingin yang saya lewati setiap tahun terasa kian dingin. Tapi tidak pernah saya temui sampai di bawah 8 derajat celcius dan itupun di pagi hari saja. Sulit membayangkan cerita kawan-kawan bahkan gambar yang mereka upload, bersalju.

Musim dingin itu, bagi saya lebih berat daripada musim panas, (kalau di mesir) sebabnya baju yang dibutuhkan jadi lebih banyak, sulit sekali beranjak dari kasur di pagi buta, mandi mencuci piring harus pakai air hangat, yang kadang saya tidak sadar airnya sangat panas dan akhirnya membakar tangan saya. Angin yang berhembus terlalu kuat terkadang melukai kulit punggung tangan atau membuat tampilan jadi tidak karuan tiba-tiba jadwal seolah berubah, pagi-pagi yang biasanya jalanan sudah penuh namun kalau musim dingin jadi terlihat lebih lengang.

Namun orang yang berpikir positif seperti Imam Hasan Al-Bashri punya pendapat sendiri tentang Asy-syita (musim dingin) ini. الشِّتَاءُ رَبِيعُ الْمُؤْمِنِ
Musim dingin terasa seperti musim semi bagi orang beriman., siangnya yang singkat digunakan untuk berpuasa, malamnya yang panjang digunakan untuk qiyaamullail dan bermunajat. Kira-kira begitu ucap sang imam. Subhanallah ya….

Kemudian saya memutar kembali ingatan saya, adakah yang berkesan antara saya dan musim dingin kairo? Ada, kawan…. Di awal musim dingin saya pernah tersasar, seorang diri. Di tempat yang benar-benar baru pertama kali saya sambangi. Semua orang yang saya tanya menjawabnya dengan satu kata "musya'arif" tidak tahu. Sungguh hari itu saya hampir-hampir membenci orang-orang mesir, dan kata musya'arif. Alhamdulillah, akhirnya saya temui orang yang tidak mengatakan "musya'arif" saya merasa senang dan tertolong. Walaupun rute yang beliau kasih salah -_- maka mana yang lebih saya pilih, "musya'arif" atau yang tadi itu? Allah.
Saya ingat bagaimana saya masih bisa menahan tangis padahal takut setengah hidup berada di tempat yang saya tidak kenal dan di antara orang-orang "Musya'arif" itu, tangis saya tertahan oleh angin pembuka musim dingin yang terus menerus berhembus. Saya merasakan kerudung saya berkibar-kibar tidak keren kalau saya menangis, kecuali satu dua yang menetes dengan sembunyi-sembunyi di balik warung kecil samping saya berdiri.

Di akhir-akhir pengharapan saya coba tanya kepada mbak-mbak yang berada di seberang. Dengan bahasa arab dan inggris yang saya mix sedemikian rupa (baru empat 4 atau 5 bulan). Kalau dari tampilannya mbak ini orang terpelajar. Kemudian dia menjelaskan, "aku tahu tempat yang kamu maksud, tapi aku juga gak bawa mobilku(sambil menunjukan kunci mobilnya saja). Kalau aku bawa mobil aku antar kamu" saya terdiam. Bingung. Kemudian tidak lama, dia melanjutkan, "aku mau ambil mobilku dengan taxi kamu ikut saja aku antarkan kamu saya ke tempatmu" tadaaa.. alhamdulillah, sampai juga saya pada gedung putih itu.


Sepanjang perjalanan saya berpikir bagaimana caranya berterimakasih kepada mbak itu. saya tulis pada kertas, "syukran" kemudian "jazaakillahu khairan" kemudian "semoga kita berjumpa lagi" kemudian "maafkan aku sudah merepotkan" kemudian "salam" dan saya urungkan kertas tersebut kembali masuk ke dalam tas. Akhirnya yang keluar dari lisan saya "syukran, jazaakillahu khairan". S-e-l-e-s-a-I alhamdulillah J

0 comments: