Bismillahirrahmanirrahim
Kaidah ke-6
"'
Ad-Da'iyah Mir`atu Da'wah Wa An-Namudzaj Al-Mu'abbir 'Anha"
Seorang Da'I Cerminan Bagi Dakwahnya Dan Contoh yang Merepresentasikan Dirinya Sendiri
oleh: Isma Muhsonah Sunman
Seorang Da'I Cerminan Bagi Dakwahnya Dan Contoh yang Merepresentasikan Dirinya Sendiri
oleh: Isma Muhsonah Sunman
Seorang da'I tidak akan terpisah dari apa yang didakwahkannya, perilaku
seorang dai dengan apa yang disampaikannya akan sangat diperhatikan oleh
oran-orang. Dan seorang dai itu sendiri adalah cerminan atas dakwah, cerminan
inilah yang menjadi dasar alasan bagi
para mad'u (objek dakwah) untuk menerima dakwah atau menolaknya. Manusia yang
berinteraksi langsung dengan prinsip dasar Islam, sangatlah sedikit di setiap
zaman dan tempat, tapi kebanyakan manusia itu berinteraksi, berhubungan
dengan 'para pembawa dan penyampai prinsip
dasar' tersebut.
Ketika ajaran yang disampaikan berat maka komitmen yang dilakukan atasnya
haruslah juga lebih kuat, dan untuk mencapai tujuannyapun lebih sulit. Dalam Islam
itu sendiri terdapat tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban yang menuntut
kesungguhan dalam prosesnya, hingga sampai pada derajat yang kontinyu tidak
hanya sewaktu-waktu, bersambungan tidak terputus.
Saat seorang dai jauh dari komitmen dalam kewajiban dan tanggung
jawabnya terhadap Islam, maka hal itu akan menjadi fitnah di masyarakat, yang
memalingkan mereka dari Islam, karena perilaku dainya, yang memutus jalan bagi
masyarakat, ia seperti seorang begal di jalanan, bahkan lebih buruk dari itu.
maka diharuskan bagi para dai untuk berdakwah selalu dengan firman Allah pada
surat Yunus ayat 85,
فقالُواْ عَلَى اللّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا
فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ﴿٨٥
85. Lalu mereka berkata: “Kepada Allah-lah kami bertawakkal!
Ya Tuhan kami;janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim.
Dan begitulah, sesungguhnya
orang-orang kafir saat mereka berhasil berkuasa atas muslimin, maka kekuasannya
mampu menjadi fitnah bagi Islam. Orang-orang beranggapan bahwa orang kafirlah
di atas kebenaran itu, karena mereka berhasil menang atas orang muslim, sedang
muslimin dalam kebatilan. Dan penguasaan orang kafir serta pelemahannya
terhadap orang muslim akan menjadi fitnah yang mampu memalingkan orang-orang
kafir dari keimanan.
Bisa ditambahkan juga dalam
pengertian ini, ketika orang-orang melihat perilaku seorang dai yang bertolak
belakang dengan ajaran Islam, maka perilaku ini menjauhkan mereka dari
keimanan, orang-orang akan berkata, "jika agama ini adalah benar, maka
seharusnya akan tampak kebenaran itu pada perilaku dan kondisi
pengikutnya" dan mereka pun akan berpaling dari Islam.
Contoh yang benar:
Para sahabat Rasul SAW menjadikan
diri mereka sebagai contoh yang benar dari risalah yang mereka bawa. Hasan
Al-Bashri mengatakan tentang sifat-sifat mereka ra, "Tampak dalam diri
mereka tanda-tanda kebaikan, atas keluhuran budi, sifatnya, petunjuknya,
kejujurannya, pakaian mereka yang rapi dan tidak berlebihan, langkah mereka
yang indah dengan ketawadhu'an, akal mereka yang tidak hanya berlogika namun
juga bekerja nyata, makanan dan minuman yang baik dari rezeki yang halal,
kepatuhan mereka atas keta'atannya pada Allah Ta'ala, mereka menunjukkan pada
kebenaran apa-apa yang mereka sukai dan apa-apa yang mereka benci, memberikan
kebenaran dari diri mereka, menjaga diri dari kebencian masyarakat demi ridha
Allah, membasahi lisannya dengan dzikir, mengorbankan raganya jika Islam
meminta pertolongan, mengorbankan hartanya jika Islam mebutuhkan, memperindah
akhlaqnya dan hanat maunatihim". (Hilyah Al-Auliya` 2/150)
Sesungguhnya para sahabat telah memberikan
citra baik atas agama ini yang memuliakan manusia, dan berpegang teguh atas
cobaan dan tempaan dan meninggalkan segala fasilitas yang mampu menjadi celah
fitnah orang-orang kafir atas mereka.
Kisah Abdullah bin Hudzaifah
As-Sahmi saat menjadi tawanan bangsa Roma, berkata raja Roma kepadanya,
"masuklah ke dalam agama keristen! Aku akan memberikan kerajaanku
padamu" namun ia menolak. Kemudian diperintahkan atasnya untuk disalib,
kemudian diperintahkan juga atasnya untuk dibunuh dengan panah, namun ia tetap
teguh pada pendiriannya. Lalu raja Roma memerintahkan pengawalnya untuk membawa
bejana besar, diisikan air kemudian dididihkan airnya hingga bergolak, sang
raja memerintahkan untuk memasukkan tawanan lain ke dalamnya, mati dengan
tulang-tulangnya tampak dan melepuh, setelah itu raja memerintahkan untuk
memasukkan Abdullah bin Hudzaifah jika ia masih juga tidak mau masuk keristen,
namun ia menangis. Raja bertanya, "mengapa kamu menangis?" ia
menjawab, "aku berharap memiliki 100 nyawa, yang akan menjalani segala
hukuman ini, demi Allah…." sang raja pun menjadi takjub! (Al-Ishabah
2/288)
Ketika penduduk sebuah negeri yang
berhasil dikuasai oleh muslimin melihat kejujuran orang-orang muslim, kekuatan
aqidahnya, keteguhan prinsipnya pada agama mereka, maka penduduk negeri
tersebutpun beriman. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, ketika orang-orang
nasrani melihat para sahabat dan apa-apa yang ada pada diri mereka, maka berimanlah
kebanyakan dari mereka tanpa paksaan, benar-benar atas pilihan mereka sendiri,
mereka berkata "Hawariyyin tidaklah lebih baik dari mereka(para
sahabat)" dan Ibnu Qayyim berkata, "Kami telah berdakwah kepada
kalangan kami dan yang lainnya, kebanyakan dari ahli kitab yang beriman mereka
menyampaikan bahwa yang menghalangi mereka dari memeluk agama Islam adalah
karena mereka tidak melihat orang-orang yang mencerminkan Islam". Ucapan Ibnu
Qayyim ini pada abad ke 8 Hijriyah, maka bagaimana kalau ia hidup di abad kita
ini? Yang mana orang muslim justru memberikan contoh dan cerminan yang bertolak
belakang dengan agamanya sendiri. Astaghfirullah.
Dai ada yang dikenal oleh
masyarakat ada juga yang tidak diketahui. Jika ia dikenal, maka ia akan dikenal
dengan keistiqomahannya, wara'nya, pasti dakwahnya bisa sampai pada hati-hati
para mad'u. sesungguhnya keistiqomahan dan
ke wara'an seorang dai mampu menjadi pengantar diterimanya dakwah.
Jika seorang dai miskin dari
komitmen dan kepatuhan maka ucapannya hanya lewat selintas saja dalam
kepala-kepala mad'u, seperti panah yang melesat namun tanpa tujuan.
Lebih baik dari ucapan, adalah
pelakunya:
Berkata sebagian orang shalih, "ilmu
itu akan menjadi matang dan berbekas dengan amal, sesungguhnya amal akan
menjadi penjaga atas ilmu, maka tanpanya ilmupun akan hilang."
Berkata juga sebagian ahli
balaghah, "di antara kesempurnaan
ilmu adalah, beramal dengannya, dan di antara kesempurnaan amal adalah
ikhlas."
Dan jika seorang dai tidak dikenal
di antara masyarakat maka ucapannya itu akan menggantung, tidak diterima tidak
juga ditolak, sampai mereka bertanya tentang dai tersebut. Jika mereka tahu
bahwa sang dai adalah seorang yang istiqomah, maka ucapannya pun akan diterima
dan berpengaruh terhadap masyarakat. Sebaliknya, maka ucapannya akan keluar
dari pertimbangan masyarakat.
Kehidupan seorang dai baik yang
umum ataupun yang khusus akan menjadi sorotan masyarakat. Mata orang-orang akan
berjaga atas mereka seperti sebuah lup. Sebelum menyuruh orang lain untuk
meninggalkan ghibah maka wajib bagi para dai untuk menjaga kehidupannya dari
fitnah dan tuduhan, mereka juga harus bisa menjaga kehidupannya baik yang umum
ataupun yang khusus dari apa-apa yang bisa merusak mereka (fitnah).
*****
Nb: ini hanya
terjemahan secara bebas, ada yang saya tambahkan ada yang saya lewatkan. Mohon
maaf untuk segala khilaf dan kesalahan.
1 comments:
at: 22 November 2014 pukul 16.47 mengatakan...
isma, ini kamu terjemah dari mana?
Posting Komentar