Kamis, 06 Desember 2012

Pembaca, Membaca, Buku


Bismillahirrahmanirrahim

Bagiku, orang yang beruntung itu adalah orang yang rajin membaca. Wawasannya terbuka lebar-lebar, dan menyegarkan diri. Bak jendela yang memberikan lahan untuk mentari masuk, kiranya begitulah mereka para pembaca buku. Pernah kurasakan begitu nikmatnya membuka jendela, seketika mentari menyibak kantukku dengan pesona keindahannya. Ah, pagi yang indah. kurasa semua orang akan bergumam seperti itu, walau paginya disita dengan sibuk membungkus diri agar tidak kedinginan. Ya, benar-benar telah berada di pintu musim dingin.

Pernyataan ini bahwa orang yang beruntung adalah orang yang rajin membaca, tidak serta merta keluar dari mulut saya. Toh saat pepatah mengatakan buku jendela dunia saja, saya hingga SMA masih malas meyakini betul-betul. Saya baru meyakini saat menapaki bulan demi bulan keberadaan saya di bumi kinanah ini. Tinggal bersama orang yang cinta membaca membuat saya hampir mati mengutuk diri. "kenapa tidak dari dulu banyak membaca! Kenapa tidak dari dulu rajin ke perpustakaan! Kenapa tidak dari dulu serius belajaaaaaaaaaaaaaar…!!!!" bahkan lebih parah kutukan itu, saya sering kali bersedih melihat diri. Hmm, ya saya memang malas belajar dengan sungguh-sungguh. Adapun peringkat yang didapat, percayalah jangankan 1 tahun, terkadang 1 atau beberapa bulan setelah ulangannya saja terkadang kulupakan semua materi yang tidak kusuka itu setelah ujian. Benar-benar hanya sebatas formalitas. Namun saya yakini juga, cintailah, maka akan terus melekat. Ya, seperti table periodic yang masih cukup melekat di kepala saya, atau saat diminta tolong untuk menjelaskan materi matematika tertentu (ditanya anak SMA kelas 1) saya cukup bisa membuat ia berucap terimakasih dengan gembira. Berbeda saat ditanya logika matematika, saya lebih memilih untuk bermain congklak!

Ya, kakak-kakakku di sini mereka semua pecinta buku. Pecinta book fair sejati, pecinta dunia sastra! Percayalah, sampai hobi terburuknyapun dalam membaca, tertular sudah padaku! Membawa buku ke toilet? Ckckck…. Ya begitulah kakakku, tepatnya kakak iparku. Kemudian kakakku –istrinya- pasti akan memarahinya sambil mengeluarkan bukunya dari hammam, sedang aku? "Ismaaa kamu ngapain ngikut-ngikutin Kak Aceng bawa buku ke kamar mandiiii??" entahlah, rasanya perlu saja. Maaf saudara-saudara kalau dirasa tidak patut, Ayah sayapun sudah pernah menasihati soal ini.

Jangankan book fair, kalau ke toko buku saja, buku yang di beli bertumpuk, penuh tasnya dengan buku-buku. Tapi benar-benar ia baca. Terkadang orang lain semangat membeli buku, kemudian membuka plastiknya dan baca bagian awalnya saja, setelah itu mungkin ditinggalkan. Atau disimpan rapi dalam rak buku. Berbeda dengan kakakku, ia buku dengan buru-buru ia baca setelah itu? disimpan sembarangan, di manapun Ia mau. Sekalipun sudah disediakan rak cukup besar untuk menampung bukunya, tetap saja, disimpannya buku itu di mejalah, di lantailah, kasurlah.

Tak ingin hilang kesempatan saat hidup bersama para pecinta buku, saya sering memanfaatkan kakak saya untuk membantu saya dalam menerjemahkan berita, atau tulisan, atau meminta tolong dibahasnya kitab-kitab yang tebal itu, boleh jadi bermanfaat sangat di Indonesia, atau sekedar mendengarkan bacaan saya saat membaca buku bahasa arab gundul.

Kakakku sering bilang, "Yang saya suka dari mesir itu, ini(sambil menunjuk kepada tumpukan buku-buku) dan sejarahnya!" ya, buku-buku di arab ini banyak sekali yang murah-murah dan sangat bermanfaat. Apalagi yang mahalnya? Saya juga sering disindir mereka saat malas membaca buku atau tidak tahu tentang sesuatu yang ma'ruf, yaa memalukan memang, namun tidak saya pungkiri saya malas membaca. Terkadang tekad kita terbentur fasilitas, kemampuan atau apalah yang sebenarnya tanpa kita pedulikan hal-hal tersebut itu bukan penghalang untuk kita, yaa kita saja yang mungkin terlalu berlebihan dan dirasa-rasa. Sayapun begitu, berulang kali saya berniat untuk banyak membaca buku, tapi buku yang saya temui, arab semua gundul pula akhirnya sayapun terlalu cepat stuck saat membaca dan berlalu meninggalkan. Padahal, di Mesir pun ada perpustakaan Indonesia-Kairo milik Masisir, yaa berarti saya yang error! Ya lagi-lagi, memang tidak saya pungkiri. Ckckck…..

 Itulah bagi saya, mereka orang-orang yang beruntung. Di penghujung tulisan ini, saya tambahkan satu poin yang amat sangat penting,
Si pembaca, atau apa yang mereka baca, atau apa maksud mereka membaca, atau bagaimana kesudahan mereka membaca, atau ganjaran apa yang akan mereka terima setelah membaca, Wallahi tidak akan bermakna apa-apa tanpa "Bismi Rabbik, al-ladzi khalaq!"

Wallahul musta'an,
Allahu a'lam bishshawab.

2 comments:

PN says:
at: 10 Desember 2012 pukul 23.24 mengatakan...

Ayo, membaca! :) :D

my20000ofwords says:
at: 11 Desember 2012 pukul 09.48 mengatakan...

kalau mita mah udah rajin bacaaa (y) ^^ ayo mitaaaa tingkatkan! baarakallahu fiik!