Selasa, 31 Juli 2012

Da'wah dan Jihad


Bismillahirrahmanirrahim
dikasih buku hijau kecil berjudul "Qawa'id Ad-Da'wah Ilallah", minta dibantu kakak untuk mengartikan isinya tepatnya di Qa'idah yang ke 12, tentang Da'wah sebagai contoh paling jelas dari contoh-contoh jihad. Iseng ingin dishare di blog terkasih ini :) meski dari 13 lembar(kurang lebih) ini baru syarh(penjelasan)iseng 2 halamannya :D
keep on reading posting and smangKA ;)

Kini jihad tidak lagi memiliki arti yang sama dengan yang dipahami oleh para sahabat dan para tabi'un dahulu. Sebagian da'I mengatakan bahwa jihad adalah membunuh, bukan jihad kalau tidak dengan bunuh membunuh. Adat seperti ini terus berlangsung, sampai mereka merasa bahwa dosa akan terus menyiksa mereka jika mereka tidak membunuh.
Mari kembali ke makna syar'I jihad itu sendiri.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, bahwa dahulu Rasulullah SAW menduduki puncak tertinggi dalam mengamalkan jihad, jihad dengan segala bentuk jihad. Maka beliau SAW, berjihad fillah haqqa jihaadih, bilqalbi, wal jinaan, wadda'wah, wal bayaan, wassaif, wassanan. Dan Allah sudah memerintahkannya untuk berjihad sejak beliau SAW diutus menjadi rasul (Al-Furqan, 51-52; 

وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَذِيرًا (51) فَلاَ تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرا
Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan al-Qur’an dengan jihad yang besar. (QS. Al-Furqan: 51-52)
Jihad yang besar?

Dan di surah makiyyah ini diperintahkan di dalamnya untuk berjihad terhadap orang-orang kafir, dengan DALIL-DALIL(Hujjah) dan PENJELASAN, dan PENYAMPAIAN AL-QUR'AN
Berjihad terhadap orang munafiq lebih sulit adanya. Dibutuhkan orang-orang khusus untuk menanganinya, yang memiliki hujjah lebih bagus daripada orang biasa.

Ternyata kawan, jihad terhadap orang kafir dan orang munafiq ini, far'an atau hanya cabangnya saja. Jihad yang paling utama adalah jihad melawan nafsu diri sendiri, hal sulit memang mampu mengendalikan hawa nafsu. Namun berusahalah untuk terus beramal shalih, insya Allah yang dibiasakan ini akan menjadi kebiasaan bahkan karakter diri, buat orang mengingat kita saat ia melihat sebuah kebaikan J

--sekilas tentang jihad, dalam qawaa'idh da'wah—


Senin, 23 Juli 2012

1 Tahun


Bismillahirrahmanirrahim
Sejak 2011, tanggal 23 Juli menjadi salah satu tanggal bersejarah bagi saya. Pasalnya, pada masa tersebut, saya meninggalkan kota kelahiran saya,  yang 18 tahun lamanya saya bermain-main di sana. Meninggalkan Ayah, bunda kakak dan adik-adik, juga…. Meninggalkan sahabat-sahabat tercinta di sana. Walau berat rasanya, seperti lepas tanggung jawab dari amanah-amanah di SMA, tak lagi berjuang bersama-sama, namun ini penghujung kerjaku di sana, dan harus memulai hidup baru di sini, di negeri para nabi. Bukan tanpa mimpi saya memilih Mesir sebagai negeri kedua. Ingat bertahun-tahun silam, tepatnya saat saya masih duduk di bangku SMP. Kuliah di Al-Azhar Asy-Syarif merupakan salah satu mimpiku juga, yang kurasa amat mustahil karena saya tak memiliki latar belakang pesantren sama sekali apalagi saat memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di SMA Negeri 2 Cibinong tercinta. Namun SMA tersebut menjadi wasilah hidayah-Nya. Allah Akbar. Dan kini, Allah beriku kesempatan, untuk bisa mencium wangi negeri 1000 menara ini, untuk mengambil istifadah secerdas mungkin! Allah….

Ya, 1 tahun di sini…. Bukan tanpa usaha saya bertahan. Sayapun pernah merasa tidak betah hidup di sini. Merasa sendiri, merasa tak bisa apa-apa dengan ilmu-ilmu yang hampir semua termaktub dalam bahasa asing, merasa kesal tak juga bisa menyambangi Masjid Al-Azhar, merasa malu belum juga duduk di bangku kuliah, merasa sedih dengan kawan Indonesia yang lebih terlihat acuh tak acuh…. Sedih betul… belum juga, dengan tersesat di jalan, pulang sendiri saat malam, dipandang rendah oleh orang mesir, ah…. Yang lebih menyiksa rindu makanan khas Indonesia, rindu ayah bunda keluarga dan teman-teman di sana…..

Namun seiiring berjalannya waktu, sedih sendiri kudapati nyatanya hanya orang yang belum bisa berihsan yang merasakannya, di sini saya masih memiliki Allah, dan akan terus memiliki-Nya, tsabbit quluubana yaa Rabb! Tak apa sesekali menangis, untuk Engkau menghiburku Allah… 
Jujur saja, ahammiyatul 'ilm, pentingnya ilmu baru saya rasakan di sini. Menjadi kerdil dengan malas membaca buku. Memacu semangatku untuk terus belajar bahasa arab di Markaz Nil sampai saya bisa membaca buku, membaca Koran! Terlalu bodoh orang yang memutuskan untuk rela-rela saja tak bisa membaca buku bahasa arab. Tingkat dunia kawan, para penulis kitab ini! Allah…. 
Rasa malu dengan para guru dan kawan-kawan di Indonesia karena belum kuliah, haknya untuk dia yang terlalu sibuk memikirkan opini orang lain terhadap dirinya. Dan kupahami, waktuku terlalu singkat untuk sibuk memikirkan tanggapan orang lain terhadap diriku, yang terpenting saya berjalan dengan selalu berusaha agar Allah bersedia selalu menjadi penunjuk jalan, menjadi teman, menjadi pembimbing. Sahhil umuuranaa yaa Rabb….

Syukuri saja apa yang kita dapati kini, kawan. Tak punya kawan Indonesia? Tak masalah, toh ternyata kawan kita bertaraf internasional, Mesir, Turki, Rusia, Kazakstan, Vietnam, China, Malaysia, Thailand…. Sabar saja, syukuri…. Maka Allah akan menambahkannya sesuai kebutuhan kita. Tak lama kujumpai pula kakak-kakak yang tanpa pamrih, sudi, menjadi kawanku, pembimbingku dalam belajar ataupun organisasi, Alhamdulillah. Ukhuwah itu, di manapun kita mencicipinya, akan selalu terasa indah, manis saat kita dasari dengan niat lillahi ta'ala. Dan yang kupelajari dari kisah ini adalah, jangan malu untuk menyapa orang lain terlebih dahulu, berikan salam dan senyum kita, temani ia, kalau-kalau ia sedang butuhkan bantuan? Boleh jadi di sanalah surga kita? Aamiin.

Menjadi anggota keluarga besar, 8 bersaudara tentu keramaian rumah, menjadi salah satu yang dirindukan….  Namun hidup saya di sini bersama kakak, kakak ipar dan keponakan tercinta terlalu mahal harganya untuk tidak disyukuri. Lihat kawan yang lain, yang hidup di sini ya hanya sendiri saja, bersama kawan-kawannya yang lain. Dan dalam beberapa tahun ke depan, hal tersebut pun akan saya rasakan, insya Allah. Maka tentu saya harus meningkatkan kesyukuran atas nikmat ini.

Ramadan karim, Allahu Akram. Walau tanpa Ayah Bunda Ceu Iffa Kak Widya, Aa, Ceu Lina, Adam, Adil, Ayyub Ramadan saya di sini bersama Kak Aceng Ceu Lulu dan Fatih harus tetap indah, bermakna, berharga, berkualitas! Walau tanpa mie gelosor, walau tanpa kolangkaling namun dengan banyaknya kajian, tausiyah asatidzah, syuyukh berbahasa arab di masjid-masjid, makan-makan ba'da tarawih di Masjid Indonesia-Kairo, nuansa yang sangat islami ini, harus benar-benar saya syukuri. Ayolah, belajar bersyukur, Allah tahu yang terbaik untuk kita kawan….

Dan rindu akan selalu ada, untuk duduk kembali bersama kalian, sahabat. Menebar manfaat merajut ukhuwah, dumtum fii hifdzhillah J

Sabtu, 21 Juli 2012

Cipika Cipiki


Bismillahirrahmanirrahim

CIPIKA-CIPIKI. Bahasa yang saya kenal di masa remaja saya. Cium pipi kanan, cium pipi kiri. Cipika cipiki ini kebanyakan dilakukan oleh akhwat tingkat kuliah yang sudah mulai merambah ke tingkat SMA. Sepertinya kalau SMP belum. Atau sudah? Ah, sudah 1 tahun saya tidak melihat kenyataan tanah air secara langsung.

Cipika-cipiki, ya begitu. Berjabat tangan kemudian cium pipi kanan , cium pipi kiri. Namun ada yang berbeda kalau orang Indonesia yang melakukan. Bukan cium pipi, tapi sundul kepala. Sadar tidak kawan? Atau paling tidak temu kepala. Atau paling tidak temu pipi. Ya, temu pipi. Tak pernah say a merasakan mencium pipi kanan kiri sahabat saya sendiri dahulu.

Semua ini saya sadari betul, saat saya bercipika-cipiki dengan kawan Turki saya di sini. "kenapa sih perempuan Indonesia kalau salaman gak dicium?! Ulangi!" katanya kesal namun bercanda. Terpaksa kuulangi, sebab apa terpaksa? Tak biasa! Ya itulah perbedaan kebiasaan kita. Bahkan mereka saat bercipika cipiki disertai bunyi. Hmmm. ganjil ya, bagi kita?

Begitu juga saat saya bergaul dengan beberapa kawan Mesir saya. Mereka bertanya, berapa kali saya mencium pipi saat bersalaman, saya katakan 2 kali saat saya di Indonesia, tapi ketika tiba di sini menjadi 3 kali (temu pipi). Lalu mereka sedikit menjelaskan, "Kalau kami di sini, jumlah berapa kalinya kami mencium pipi kawan kami itu tergantung pada posisinya di hati kami. Kalau biasa saja, ya 2 atau 3. Kalau sangat cinta  sangat rindu bisa sampai 4 kali." "ooo" pahamku membulat.

Hal biasa, saat melihat para ibu duduk di masjid kemudian datang sahabatnya, Yaa Rabb bagaimana mereka berpelukan satu sama lain, saling mencium pipi. Saya yang melihatnyapun sampai hati merasakan ukhuwah di antara mereka. Allah Akbar! J

Suatu hari saya disapa oleh seorang akhwat mesir, tingkat 2 di al azhar. Kami berjumpa di beranda masjid azhar, dia memperkenalkan diri namanya Sarah bermukim di belakang Husein. Saya memperkanalkan diri saya, asal dari mana, di sini apa aktivitasnya dan lain sebagainya sampai saya rasa cukup(tidak ingin juga berlama-lama)dan saya putuskan untuk menyudahinya, ia menjabat tangan saya mencium pipi saya sebanyak 4 kali. Cinta, atau bahagia ia jumpa dengan saya kira-kira? Sampai 4 kali mencium pipi.

Dilain waktunya jumpa lagi. Saya baru masuk, melihat ia sedang duduk, posisi saya masih sedikit jauh dari dia, namun dia sudah berdiri menyambut kedatangan saya, dan lagi cium pipi 4 kali disertai bunyi khasnya.
Dan memang, semenjak ditegur oleh kawan Turki itu, kini saya jika jumpa dengan kawan yang lain berusaha untuk menciumnya, ya terlebih mereka yang orang luar, karena memangkebiasaan mereka begitu, kalau dengan orang Indonesia dengan cinta aku "bertemu pipi"nya berbedanya sekarang ada bunyinya :D heheh..

Kalau di sini, tidak jarang saya temui remaja, orang kantoran, supir tramco ya, para lelaki itu bercipika cipiki bahkan terkesan lebih mesra. Pertama kali saya melihatnya, cukup membuat kaget, tapi seterusnya ya biasa. bahkan terkadang bertanya-tanya, apa yang membuat mereka mampu merajut ukhuwah seindah itu? seperti benar-benar menganggap, "kamu saudara saya!"

Ala kulli hal, semoga jabat tangan kita mampu menggugurkan dosa-dosa kita, cium pipi kita mampu memperkuat tali ukhuwah di antara kita. Aamiin.
Kamis, 19 Juli 2012

Esok Ramadan


Bismillahirrahmanirrahim
Allah, bulan mulia-Mu dalam beberapa jam akan menyapaku, onggokan manusia yang penuh dengan lumuran dosa. Aku boleh memilih bukan, Allah? untuk mencicipi manisnya taubat pada setiap detik nafas Ramadan-Mu. Aku bebas berlaku bukan, Allah? Untuk melakukan amal shalih sebanyak-banyaknya pada setiap masa Ramadan-Mu.

Ada rasa sepi dan menyedihkan di sini ya Allah. entah, ada yang kuharapkan lebih dari apa yang ada kini. Memang tak akan pernah merasa cukup, hingga mengerti bagaimana cara bersyukur dan bersabar hanya kepada-Mu. Hanya meminta kepada-Mu penjagaan terhebat untuk keluargaku dan mereka yang kucintai.
Allah, Ramadan ini bukan Ramadan pertama yang pernah kurencanakan dengan matang. Beberapa tahun sebelumnya pernahpun aku berusaha begitu, gagal. Maafkan aku Allah yang begitu mudah tersanjung dengan indahnya gemerlap dunia ini. Dunia yang jelas kefanaannya ini. Ataukah karena memang keistiqomahan begitu mahal? Ihidnishshirathal mustaqiim, yaa Rabb…. 
Allah, ajari hamba bagaimana cara untuk konsisten beriman, berislam berihsan hanya kepada-Mu. Allah tegur hamba, dengan cara-Mu yang paling lembut.

Allah dengan asma-Mu, aku menyebut harap dan ingin yang melimpah di Ramadan tahun ini. Rengkuh harap hamba ya Allah, tuntun hamba dalam mewujudkannya. Jaga hamba dari penyesalan walau hanya sedikit. 

Allah, hamba berjalan bersama dengan-Mu, terima undangan hamba Allah.

Adakah rahmat barakah dan maghfirah-Mu menanti hamba?

Adakah arrayan akan menyambut hamba kelak di surga?

Allah bantu hamba untuk berusaha menghafal, memahami kalam suci-Mu. Bantu hamba dalam membekali diri dengan ilmu-Mu, bantu hamba dalam mendewasakan diri, meningkatkan kesabaran dan menjadi orang yang senantiasa bekerja keras menggapai visi dengan tujuan hamba satu, Ridha-Mu Allah, Jannah-Mu Allah, ENGKAU, ALLAHku J

Hamba titipkan hasrat hamba, kebahagiaan hamba, masa senang hamba kepada-Mu, berikan pada masa hamba pantas mencicipinya.

Rindukan hamba Allah, mungkinkah? Sampaikan salam hamba pada kekasih-Mu dan para syuhada di firdaus tertinggi J sanaltaqy, insya Allah…..
Rabu, 04 Juli 2012

Bertahanlah, Pejuang!


Bismillahirrahmanirrahim
Pulanglah. Lelah berjalan sendiri membuatmu kepayahan. Beristirahatlah di rumahmu yang selalu kau rindukan itu. Bayang-bayang wajah ayah ibu yang tak pernah lekang dari hati mengusik pikir setiap siang, malam. Pulanglah, rindu mendalam akan belaiannya yang hanya mampu kau dapati di rumah saja. Sakit yang kau derita, tak ada yang menyemangati, menjaga dan mengobati, pulanglah. Ibu siap menghangatkanmu dengan pelukannya, ayah menyemangatimu dengan nasihat-nasihatnya, sudahlah pulang. berjalan cukup jauh tanpa teman membuatmu kebingungan akan arah perjalanan ini maka pulanglah, ayah dan ibu selalu tahu yang terbaik untukmu. Pilihanmu, kemauanmu tak sejalan dengan takdirmu, kau menangis sejadi-jadinya bertanya mengapa dan mengapa pulanglah, rumah memiliki jawaban sekaligus obat penenang. Tak ada kesendirian di sana, tak ada kesepian, tak ada kesedihan, maka pulanglah sudah. Perjalanan ini terlalu berat untukmu. Ujian ini tak cocok bagimu, tinggalkan saja. Namun yang kutahu, jika kau memilih untuk meneruskan perjalanan ini, tak ada sebutan yang paling indah untukmu selain "Pejuang Agama Allah". Adakah bahasa lain, yang lebih gagah untuk melukiskan ketegaranmu?

namun,
Sudah yakinkah untuk pulang?

Dengan oleh-oleh yang dibawa?
Perjalananmu masih terlalu panjang, bagi kau berpikir untuk pulang.
Adakah Allah, pergi atau beristirahat atas penjagaan-Nya dari sisimu walau hanya sedetik saja?
ayah dan ibu memang menanti di rumah, namun penantian mereka adalah penantian yang begitu berarti.
Allahu ma'ana J
Bersabarlah, sampai sabar menjayakanmu.