Kamis, 28 Juni 2012

Hidup si Optimis


Bismillahirrahmanirrahim
Dalam kehidupan, selalu ada yang datang dan ada yang pergi. Ada yang dikejar, ada yang ditinggalkan. Kerja setiap manusia yang berjalan itu selalu maju, maju melaju. Boleh jadi ia tetap pada tempat di mana ia berada, namun pada lain waktu ia sudah jauh melesat ke depan garis kehidupan.

Melihat manusia lain apalagi menilainya, percayalah bukan perkara yang mudah. Katakan misalnya, ia adalah yang berperangai buruk, malas bekerja. Mana kita tahu setiap malam ia bekerja? Belajar, berusaha keras merubah nasib diri. Katakanlah ia adalah seorang yang malas bersedekah. Mana kita tahu setiap bulan ia menginfakkan sebagian rezekinya kepada panti asuhan ataupun masjid, masih beranikah berkata bahwa dia adalah orang yang pelit beramal, saat ia enggan untuk memberikan pengemis-pengemis itu uang walaupun hanya dengan 1 pond saja? Di dunia ini, mengerti prioritas juga termasuk kunci sukses manusia-manusia maju.

Waktu kita akan banyak terkuras dengan hanya memikirkan pandangan orang lain terhadap kita. Tidak bergerak sama dengan mati, maka itulah yang akan terjadi jika hati dan pikiran sudah terkuras memikirkan hinaan, cercaan dan kritikan dari orang lain. Tak usah menutupi diri kita sendiri dan katakana pada dunia, memang begini adanya kita. Bukan berbicara atas nama sifat buruk, laku buruk, tentu bukan. Hal tersebut tentu harus diperbaiki, berusahalah untuk memperbaiki diri. Beginilah kita, kita begini. Apalagi yang harus kita takuti? Kegagalan? Akankah ada, kegagalan bagi mereka yang berjalan bersama Allah? kesendirian? Akankah ada sosok terindah daripada Allah?

Cercaan, hinaan menjatuhkan kita? Tidak masalah, jatuhlah dengan tersenyum biarlah Allah yang menolong kita.

Semangat diri untuk merancang masa depan, sioptimis mungkin. bermimpi dengan indah, seindah-indahnya mimpi. jangan katakan "terlalu muluk!" toh itupun akan menjadi tanggung jawab kita sendiri. tidak akan ada pelangi sebelum hujan. mintalah pelangi dengan warna-warni indahnya, paham konsekuensinya bukan? hujan, yang menyapa sebelumnya. jangan kita kutuk hujan, namun berdoalah agar ia menjadi bermanfaat untuk kita. 

Akankah kehidupan menjadi indah, tanpa optimis, senyuman, kerja keras, doa dan tawakkal?
sahhil umuuranaa yaa Rabb..
Kuncilah hati kita, kecuali untuk Allah. bekerja, mengabdi hanya untuk Allah. apapun yang sudah, sedang, ataupun ingin kita lakukan maka yakinlah akan hasil yang baik, kesuksesan, perbaikan, dibersamai dengan nama Allah, insyaAllah J



Optimis itu bukan tanpa perhitungan, seperti orang yang ingin bunuh diri. Optimis itu dengan perhitungan, seperti elang yang dengan yakin, kencang merendah ke arah pesawahan, mengudara kembali dengan mangsa di cengkraman.
Optimis itu minimal dengan yakin, kerja keras dan doa ;)
Maka inti dalam hidup itu, Allah.

Minggu, 24 Juni 2012

Masalah


Bismillahirrahmanirrahim
Sedih di hati, kegelisahan, kegundahan, ketakutan perkara-perkara yang bukan dengan mudah hilang dari hati setiap manusia. Tak memahami harus berbuat apa, bahkan ingin berbuat apa pun tak tahu. Rasanya begitu sempit ruang-ruang di dalam hati, sempit lagi kecil. Bertanya pada diri sendiri, mengapa? Mengapa begini? Jawaban yang didapat, belum didapat. Rasanya ingin berlari saja, menghilang dari kehidupan yang cukup melelahkan. Kemana akan beralari bersembunyi?

Namun ingatlah sejenak…. Allah telah memilih kita untuk menjadi pemenang, maka kita lahir ke dunia ini. Adanya masalah adalah untuk mendewasakan kita. Percayalah, masalah hadir, boleh jadi karena kita juga yang mengundangnya. Maka selesaikanlah dengan dewasa, dengan langkah yang yakin, matang dan positif berdirilah di atas masalah itu. Selesaikan, jadilah pemenang, dan lebih berhati-hati dalam melangkah, agar tak mengusik masalah. Atau mungkin juga masalah hadir tanpa diundang. Maka jadikanlah masalah tanpa undangan itu sebagai "hadiah" yang diberikan oleh Allah. cantikkanlah ia dengan lihainya tangan kita meluruskan benang yang kusut. Kuatkan ia dengan pemikiran kita yang tajam dan matang, indahkan ia dengan do'a-do'a yang dilantunkan setiap saat. Benihkanlah dari masalah tersebut hikmah dan amanah yang mendewasakan, menyolihkan.

Sadarilah, saat masalah itu hadir, terkadang yang kita inginkan adalah diam, sendiri. boleh jadi hati kita sedang menuntut pikiran kita untuk menghubungkan sang hati dengan Allah. penuhilah panggilan hati, mendekatlah kepada Allah dengarkan saran-Nya, selamat menyelesaikan masalah dengan cara-Nya, Allah.
Maka tanpa berlari tanpa bersembunyi, biarlah Allah yang membawa kita terbang ke sisi-Nya, sebaik-baik tempat, seindah-indah tempat.

Allah berikan masalah, karena ada jalan keluar untuk menjemput hadiah
Jumat, 15 Juni 2012

Selamat Datang


Bismillahirrahmanirrahim


2 lentera hati akan tetap di hati. Meski jauh

Cintanya masih mampu diresap dan dihayati. Meski jauh

Lebih lagi saat kau datang mengetuk pintu. Bukan pintu yang di sini, di dalam hati

Melainkan pintu rumah kami di dokki.

Ahlan wa sahlan ayah dan bunda. Air mata ini asli adanya, sedikit menggambarkan kerinduan yang hampir satu tahun terbendungkan.

Inilah negeriku ayah, bunda…. Negeri keduaku J

2 lentera hati akan tetap di hati. Walau sedekat ini

Cintanya dalam sapaan, dalam cerita dan belaian. Allah, sedekat ini….

Senin, 04 Juni 2012

Berpura-Pura


Bismillahirrahmanirrahim
Makna "berpura-pura" terkadang menjadi begitu indah....
Setidaknya akan ada masanya untuk dia menjadi indah, walau benar-benar harus menjadi yang paling belakangan….

Bukannya batu bersabar, namun dia berpura-pura untuk bersabar kelak suatu saat ada waktunya dia mampu memperlihatkan senyumnya, tawanya, tangisnya, tidak tahan?

Bukannya pohon begitu tegar, namun dia berpura-pura untuk tegar kelak ada suatu saat, pohon tak mampu lagi menaungi para pelajan kaki dari teriknya mentari, lelah?

Ataukah karena mereka paham hakikat kehidupan mereka sehingga mereka begitu sabar, tegar, kuat? Allah….

Begitu, ya begitu cara penghambaan sebuah batu kepada Allah. Dalam diam, dalam kestatisan, tetapi lihatlah berapa banyak jiwa yang membutuhkan sang batu walau hanya untuk sekedar melepas lelah, duduk-duduk sebentar?

Begitu, ya begitu cara penghambaan sebuah pohon kepada Allah. Dalam ketenangan, hanya menggoyangkan daun-daunnya, mengeluarkan buah dari dalamnya, tanpa kata. Tetapi lihatlah berapa banyak jiwa yang membutuhkan sang pohon walau hanya untuk menarik satu tarikan napas baru saja?

Izinkan kami berpura-pura Allah, jika itu membawa kami dekat dengan-Mu. Kuatkan kami, tegarkan kami, kami pun berpura-pura kuat dan tegar. Bismillah.

Lalu anugerahkanlah kami keimanan yang kuat, keputusan yang tajam, pilihan yang tepat, pun di waktu yang paling akhir! Pinta kami, istiqomahkan yaa Rabb…. Bismillah…. Ma'anallah.
Minggu, 03 Juni 2012

Ingin, Harap, dan Takdir


Tak selalu sama dengan apa yang kita mau.

Benarkah kalimat di atas? Tentu, insyaAllah. Kalau bicara keinginan semua orang memiliki keinginan yang diinginkan berlandaskan kebahagiaan, kesenangaan, kesukaan, keindahan. Boleh dikatakan keinginan merupakan hal yang paling mendasar pada sebuah kenyataan. Berusaha keras, banting tulang, merengek sejadi-jadinya, kalau takdirnya bukan untuk memiliki ya tidak akan pernah memilikinya.

Begitupun adanya dengan sebuah harapan. Selalu berharap yang terindah, demi sebuah kebahagiaan. Berharap memang terkesan lebih rahasia. Lebih tinggi. Namun harapan ya tetaplah harapan. Sesuatu yang kita harapkan. Sehebat apapun berdoa, sekuat apapun berikhtiar kalau harapan diri ternyata bertepuk sebelah tangan dengan takdir-Nya, ya tak akan kita gapai apa yang kita harapkan.

Namun agaknya hukum Allah itu berbeda. Keinginan yang kita mau, harapan yang kita panjatkan, usaha yang kita lancarkan dengan konsisten, doa yang tak pernah putus, tak akan pernah dan tidak mungkin akan berbalas kesengsaraan, kesedihan sekalipun kekecewaan. Allah terlalu baik kepada hamba-Nya yang terkadang congak, angkuh, pesimis.

Adakah pernah kita menginginkan sesuatu atau, berharap banyak terhadapnya kemudian kita dapati tidak satupun ingin kita, harap kita, berhasil kita dapatkan? Hmm, ya. Namun adakah setelahnya kesedihan yang berkepanjangan? Kesengsaraan yang tiada henti? Kekecawaan yang membuat diri kita mati statis? Jawabnya, tidak. Tentu! Bagi mereka yang paham, bahwa Allah pasti tahu yang terbaik. Itulah mengapa, terkadang mau kita tak sejalan dengan takdir yang Allah tentukan.

Allah beri apa yang kita mau, jikalah memang itu baik untuk kita. Allah tunda waktu pengabulan mau kita, harap kita jika memang bukan hari ini waktu yang tepatnya, sabarlah sedikit. Namun Allah tak juga memberi apa yang kita inginkan, sekalipun usaha dan doa sudah dilakukan! Tapi lihatlah jauh ke depan sana, kawan…. Ternyata Allah ganti harapan kita, keinginan kita dengan sesuatu yang lebih lebih jauh lebih indah dari keinginan dan harapan kita sebelumnya. Allah…. bersabar dan bersyukur kuncinya, kawan.
Tak ada yang melarang kita untuk menangis, maka menangislah. Atas usaha, kerja keras dan doa yang dipanjatkan namun belum juga berbuahkan hasil. Menangislah, untuk melembutkan hati kita, keras pikiran kita, bukan justru sebaliknya. Allah yang maha pemurah, tak akan membiarkan kita berada dalam kesendirian yang memilukan.

Tak ada yang melarang kita untuk mengeluh, maka mengeluhlah, jika keluhan itu mampu meringankan beban pikiran dan diri. Namun mengeluh kepada Allah. karena manusia lain, tak memiliki cukup tempat untuk menampung masalah orang lain. Sedang Allah yang maha kaya, memang dipersembahkannya untuk kita, tempat di sisi-Nya… Yaa Rabb….

Jika memang tak kuat lagi untuk berjalan, sebentar saja jatuhkan diri kita. Isyarat kepada Allah, untuk menuntun kita, memapah, berjalan kembali.

Allah…. kalau bukan karena kami tahu bahwa hanya di surga kami bisa berjumpa dengan-Mu tak akan kami mau belajar untuk ikhlas. Menuntut, menuntut, menuntut. Namun karena kami sadar yaa Allah bahwa pintu surga sedang terbuka dengan indah di depan sana, menunggu langkah-langkah kecil kami melewatinya, maka Allah istiqamahkanlah kami, kuatkanlah kami, bimbinglah kami, jagalah kami, tegurlah kami dengan lembut yaa Allah, dan tunggulah kami Allah, di rumah-Mu yang agung.

Nasytaqqu ilayka yaa Rabb…
Jumat, 01 Juni 2012

Rindu Untuk Suriah


Hatiku menggebu. Ingin segera beranjak dari kursi, entah berbuat apa yang jelas ingin bertindak. Ustadzah dengan suara parau mengisahkan kepada kami tentang kekejaman Bashar Assad dan para tentaranya, terhadap para mujahid suriah. Tidak hanya para pemuda, bahkan kakek tua, bahkan wanita bahkan anak-anak. Astaghfirullah. “du’aa, du’aa yaa banaat” kalaulah tak ingat ia sedang di dalam kelas mungkin ia sudah menangis. Astaghfirullah. Hatiku tersayat, pilu. Ingin aku mengutuk dengan bahasa kutukan yang paling tinggi. Bukan hanya karena aku muslim maka aku bersedih, ini juga tentang peri kemanusiaan, hak-hak setiap orang bahkan wanita dan anak-anak. Aku bukan hendak mengemis kasih pada kalian tangan-tangan syaithan, toh Allah maha besar, maha bisa melakukan apa yang Allah mau. Aku bosan bertanya, untuk apa semua kau porak porandakan? Tidakkah kau bersedih melihat seorang ibu yang hampir habis air matanya, menangisi satu persatu jundiynya yang terbunuh di tangan-tangan kalian? Anak-anak mereka adalah harapan mereka, regenerasi mereka yang disiapkan dengan kekuatan doa. Kau patahkan harapan mereka? Kau buang bayang-bayang kesuksesan mereka di pundak anak-anaknya? Sayangnya sang ibunda pun mengerti, jundiynya telah menjadi syuhada, bahagia bersama Allah dan para bidadari surga. Tidak bersedihkah hati-hati kalian, saat melihat anak-anak berlarian sambil menangis kencang, menghindar dari hantaman rudal-rudal? Ataukah justru kalian tertawa terbahak-bahak seolah kalian sedang menonton sebuah film di layar kaca? Allah dan malaikat-Nya pun mengawasi segala kebodohanmu.
Duhai, wanita-wanita itu, anak-anak itu, para mujahid seluruhnya terlalu suci untuk mendengarkan segala perintahmu. Terlalu dirindukan oleh tuhannya. Allah amat menyayangi mereka, untuk harus berlama-lama hidup di dunia yang fana. Bunuh saja seluruhnya, bagaimana? Sampai tak ada tempat lagi di surga untukmu karena sudah dipenuhi oleh para syuhada yang tempo hari kau bunuh.
Aku memang bukan siapa-siapa, yang hanya bisa menyaksikan permainan bodohmu dari layar computer. Mana bisa aku tertawa apalagi tersenyum ikhlas kalaulah tidak aku mengingat semua-semua yang kau bunuh itu telah direngkuh syahdu oleh para malaikat dan dibawa keharibaan-Nya. Aku iri. Aku menangis, aku ingin, aku merindu, aku juga mau, Allah. Ya apalah artinya sebuah aku? Yang kerja masih terpaut dengan dunia. Namun aku menangis saat melihat kau memaksa para mujahid bersaksi atas namamu, kemudian kau penggal kepalanya, atau kau kubur hidup-hidup, kau kubur dengan cara tidak layak,kau tembakkan peluru-peluru kearah mana saja yang kau suka, ibu-ibu merangkul anak-anaknya menjadikan punggung sebagai pelindung bagi mereka, sahabat menarik sahabatnya yang lain, melindungi, menguatkan diri dengan nama Allah, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar” namun adakah wargamu gentar ya basya? Ckckck…. Wangi surga sudah begitu pekat, untuk apa menangisi nasib mati di tangan kotormu? Justru memang sejak lama mereka merindukan surga. Mereka paham, tak ada tempat selain surga demi berjumpa dengan Allah, tuhannya semata. Bersaksi atas namamu agar tidak mati, alias agar tidak berjumpa dengan Allah? Ckck, hanya kau dan tentaramu yang mau.
Aku memang bukan siapa-siapa. Namun aku menangis, iri dengan wargamu yang begitu berani mati. Agaknya motto hidup mereka tak hanya bahagia, atau sukses. Atau kebahagiaan dan kesuksesan mereka ada di dalam hidup dengan terhormat atau mati menjadi syuhada.
Dan aku pun bertanya, adakah aku siap untuk menjadi salah satu di antara sekian banyak syuhada yang sudah dipeluk Allah dengan halus? Duhai Allah, iri betul hamba. Bolehkah meminta tempat walau hanya untuk mengaitkan kelingkingku pada pelukan-Mu itu yaa Rabb? Atau kutitipkan ayah dan bundaku bersama para syuhada? Juga kakak dan adikku? Guru dan sahabatku? Semua orang yang aku cinta? Allah….. surga-Mu begitu mahal, namun kutahu Engkau maha pemurah…..

maafkan aku, teman yang lalai untuk mendoakanmu. astaghfirullah....
kalaulah boleh, berjumpa kelak di surga? ingat namaku sahabat, Isma, Isma Muhsonah Sunman.

berjuang, sampai Allah ridha.








darahnya telah dibersihkan oleh para malaikatkah? indah betul yaa Rabb.... pantas senyumnya merekah.....

Belajar


Bismillahirrahmanirrahim
Belajar adalah sebuah proses yang seharusnya dijalani oleh setiap manusia. Belajar tak penting formal atau tidak, yang penting belajar. Intinya, mendapatkan ilmunya. Ilmu itu mengayakan, menyejahterakan, menentramkan, dengan “Bismi rabbika al-ladzi khalaq”. Jangan mengutuk diri, saat hanya belajar satu atau dua hal kecil saja setiap harinya. Karena belajar juga tentang sebuah kekonsistensian, sebuah keistiqamahan. Tetaplah berjalan menuntut ilmu, menghargai diri sendiri, memanfaatkan waktu yang kita miliki. Toh jika benar-benar haus, akan banyak air minum yang kita cari, kita butuhkan untuk diminum, menghilangkan segenap rasa haus yang dirasa. Adakah rasa haus yang bisa ditahan oleh perasanya? Allah saja masih menganugerahkan kita air yang begitu banyak, kenapa harus berhenti untuk mencari, menggali?
Belajar itu tentang kesadaraan. Dipaksa, jika sadar tak masalah. Tanpa paksa, sadar, jadinya indah. Belajar membukakan mata kita tentang betapa luasnya, lebarnya, terbentangnya alam semesta ini, yang tak mampu dilihat dari satu tempat berdiri saja. Berpindahlah. Maka keindahan-Nya yang lain akan terlihat dari sisi awal yang tak mampu dilihat.
Belajar mengenalkan kita pada cinta yang lain, cinta pada ilmu. Menghormati guru, yang telah mempersembahkan waktunya untuk mengajari kita, menghargai ilmu dengan mengamalkannya dan mengajarkannya kepada yang lain. Lihatlah balasan yang Allah beri pada seorang pendidik, walau hanya mengajarkan jika kau tersenyum maka itu bernilai ibadah J cinta pada ilmu akan terlabuh juga pada sang pemilik ilmu, Allah dengan “bismi rabbika al-ladzi khalaq”.
Maka untuk meninggalkan negeri ini cukup berat rasanya. Belum satu tahun saya berdiri di sini. Ilmu-Nya, Allah melenakan saya untuk tetap berlama-lama di sini. Duhai, saya pun ingin pulang, menebar benih pada lumbung-lumbung kebaikan, beramal, bermanfaat dengan ilmu yang saya punya. Namun terlalu dini bagi saya untuk pulang dengan ilmu yang belum sampai sebesar biji jagung ini. Maaf. Tetapi qariiban, insyaAllah J
Lihatlah bagaimana Allah membarakahi negeri ini dengan para ‘alim ‘ulamanya, al-azhar yang berdiri kokoh, tegak sendiri di antaranya, darul ‘ulum yang sang imam hasan belajar di sananya, dahulu…. Wajah para syuyukh yang menentramkan, dengan ilmu Allah yang menerangkannya selalu menarik hati untuk kembali lagi ke tempat tersebut, mendengarkan, menyimak, bertalaqqi, belajar, dan belajar. Paham tak paham bukanlah masalah yang besar. Tetaplah duduk, bersabar. Rasakanlah, Allah membantu kita dalam memahami ilmu-Nya. Adakah, orang yang sudah ikhlas datang menyerahkan diri untuk mempelajari ilmu Allah, namun Allah acuhkan keberadaannya? Saat keinginan untuk belajar baru sampai pada niat di hati saja, Allah sudah mempermudah jalan kita menujunya, menuju tempat-tempat ilmu, menuju kebaikan. Berniatlah, berusahalah, berdoa, dan yakinlah J
Zidnaa ‘ilman, warzuqnaa fahman yaa Rabb.. aamiin..